Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Minggu, 06 Agustus 2017

HIPPUN ADAT - BENTUK SINERGI MASYARAKAT ADAT DAN PEMERINTAH DAERAH MEMBANGUN LAMPUNG BARAT



 
Hari masih pagi.  Kabut pun masih memeluk mesra pepohonan disekitar Homestay Piknik Liwa dimana kami bermalam. Tapi saya dan rekan rekan blogger, photographer dan videographer telah bersiap dan semangat untuk mengikuti salah satu rangkaian yang menarik minat kami semua hadir di Liwa, Lampung Barat. Kondisi badan yang masih lelah setelah menempuh perjalanan 6 jam dari Bandar Lampung ke pusat kota Liwa pun seketika sirna karena membayangkan sebuah perhelatan adat yang akan kami simak, Hippun Adat.


pintu utama penyambutan kehadiran tamu

 
Pada malam sebelumnya, bang Eka telah menjelaskan secara garis besar seputar gelaran Hippun Adat yang sengaja digelar sebagai bagian dari rangkaian Festival Sekala Brak  ke 4 di tahun 2017 sekaligus Hari Jadi Kabupaten Lampung Barat ke 26.   Hippun Adat adalah sebuah kegiatan musyawarah adat. Dilaksanakan untuk merumuskan suatu kebijakan yang berkaitan dengan pelestarian adat, menyerap aspirasi masyarakat dari empat kepaksian di Lampung Barat dan akan menghasilkan beberapa rekomendasi untuk Lampung Barat sekaligus mengevaluasi rekomendasi tahun sebelumnya. Secara tidak langsung, Hippun Adat adalah bentuk komitmen untuk bersinergi antara Masyarakat Adat dan Pemerintah Daerah dalam membangun Lampung Barat.
Menyimak definisinya saja, saya pribadi sudah begitu penasaran ingin menyimak pelaksanaannya.

Rumah Panggung yang telah dihias, siap menyambut kedatangan tetamu

 Jadilah rombongan kami bergerak menuju tempat acara lebih pagi dari jadwal yang tertera di susunan acara.  Meski suasana persiapan diwarnai hiruk pikuk para pria yang memasang kain gantung hingga lutut termasuk tutup kepala atau peci sebagai syarat wajib mengikuti rangkaian  Hippun Adat.  Selain itu, sungguh tepat bang Eka menyarankan kami datang ke lokasi acara lebih pagi. Setidaknya saya dan rekan rekan bisa mengabadikan banyak hal menarik disetiap bagian dari tempat acara.  

lidah lidah - hiasan khas Saibatin

nunasa serab merah - dekorasi acara Hippun Adat
 
SUASANA MEWAH, MERAH MERONA

Pagi itu, suasana rumah panggung nampak cantik berhias. Pilar pilar penyangga bangunan berbalut kertas warna emas. Sementara tarup besar dan luas terpasang   di bagian halaman lengkap dengan kursi kursi yang telah ditata sedemikianrupa plus bentangan karpet merah yang dipersiapan menyambut tetamu yang hadir kelak. Bertempat di gedung Dalom Paksi Bejalan di Way, Pekon Kembahang, kecamatan Batubrak itulah gelaran Hippun Adat akan berlangsung.

Simbol Paksi Bejalan di Way
 Saya dan rekan rekan blogger sempat bertegursapa dengan bapak ibu yang kami temui dihalaman rumah panggung yang telah ditata megah sarat nilai seni budaya khas Saibatin Lampung Barat.  Hiasan lidah lidah khas masyarakat Lampung yang tergantung di setiap sisi rumah panggung menjadi ornament mewah tersendiri.  Sekumpulan pemain musik tradisional pun telah siap membunyikan tetabuhan mengiringi para tamu yang akan hadir.

rombongan musik pengiring tetabuhan  kehadiran tamu
  
pintu utama masuk kebagian ruangan dalam dari pelaksanaan Hippun Adat

Setelah mengabadikan dekorasi khas Saibatin dibagian luar rumah, saya dan rekan rekan diperbolehkan mengabadikan suasana megah dibagian dalam tempat dimana prosesi Hippun Adat akan berlangsung. Warna merah khas Saibatin mendominasi. Sesaat saya terdiam mengagumi setiap detail hiasan dinding termasuk  Kasokh Pedanginan (singgasana raja) yang terdiri dari kasur kasur yang ditata sebagai alas duduk para petinggi adat. Yang tak kalah menarik untuk di simak, adanya Pahakh  atau Talam yang berisikan sajian makan para petinggi adat dan tetamu agung yang telah tertata dengan apik lengkap dengan beragam jenis hidangan santap siang nan khas. 

Kasokh Pedanginan (singgasana raja)
 
penataan yang penuh filosofi

pahakh - hidangan makan siang para tetamu
SAMBUTAN SUTTAN NAN MENAWAN

Saat sedang asik mengabadikan setiap bentuk hiasan pada bagian dalam rumah panggung dari Kepaksian Buay Bejalan Di Way, ternyata ada sosok Sai Batin Buay Bejalan Di Way Selayar Akbar Puspanegara, gelar Suttan Pangeran Raja Jaya Kesuma IV. Beberapa teman langsung memohon perkenan Suttan untuk photo bersama. Saya pun begitu. Bahkan sebelum Suttan berlalu dari hadapan kami, saya sempat mengajukan pertanyaan seputar tanggapan beliau akan gelaran Hippun Adat, rangkaian persiapan yang telah Kepaksian siapkan dalam gelaran ini hingga saya meminta Suttan menyampaikan harapan beliau berkenaan dengan pelestarian nilai nilai seni budaya dan adat istiadat Saibatin dimasa mendatang. Beruntung Lesie berkenan memvideokan moment saya mewawancarai singkat sang Suttan.

Sai Batin Buay Bejalan Di Way Selayar Akbar Puspanegara, gelar Suttan Pangeran Raja Jaya Kesuma IV. (jas abu abu) - bersama sang adik - Pemapah Dalom (jas hitam)

Sai Batin Buay Bejalan Di Way Selayar Akbar Puspanegara, gelar Suttan Pangeran Raja Jaya Kesuma IV. dan Adiknya (hayal) Ngarep.com
BLUSUKAN HINGGA KE DAPUR

Usai melakukan obrolan singkat bersama Suttan lengkap dengan Hulu Balang plus photo bersama, saya dan rekan rekan meminta izin agar diperkenankan meliput suasana persiapan di bagian belakang setelah kekaguman kami pada uniknya sajian diatas Pahakh atau talam makan para tetua adat dan tetamu agung tersebut saya kemudian. Benar saja, ketika izin diberikan saya langsung melihat sekumpulan ibu ibu yang tekun menyiapkan beragam jenis lauk pauk dan sayur mayur  termasuk kue kue lezat nan khas yang akan di santap oleh tetua adat dan para tamu seusai pelaksanaan Hippun Adat nantinya.  Bagi saya, melihat persiapan dibagian dapur bagai sebuah bonus langka dan sangat berharga, – kelak akan saya tuturkan dalam judul terpisah yaa…hehehe… tahan dulu ngiler lihat makanannya yaaa….

suasana penyambutan tetamu agung

Pemapah Dalom  menyambut kehadiran tamu

HIPPUN ADAT SARAT MAKNA

Saya dan rekan rekan kembali kebagian halaman dari bangunan Paksi Bejalan Di Way, usai mendapat kesempatan bertegursapa dengan Suttan dan bonus liputan dapur yang menarik minat kami. Di bagian halaman tetamu telah berdatangan. Terutama unsur satuan kerja pemerintah daerah Lampung Barat. Yang menarik, dilakukannya prosesi iring-iringan sebagai tanda penghormatan pada jajaran tamu yang hadir di tempat acara. Selama prosesi iringan dari bagian depan jalan hingga memasuki tempat acara di iringi  atraksi Pincak atau pencak khas Saibatin lengkap dengan tetabuhan gamolan yang menjadi ciri dari musik tradisional masyarakat Lampung. 

iringan tetamu yang datang

atraksi Pincak menyambut kedatangan tamu
Proses penyambutan tamu yang hadir oleh pihak kepaksian Buay Bejalan Di Way menjadi pemandangan menarik tersendiri. Sesekali saya mengagumi penutup kepala para pria pria nan khas dengan ujung runcing menjulang ke langit langit, sebuah penutup kepala yang khas dari Lampung Saibatin. Belum lagi jenis sulam tapis yang para tetamu kenakan sungguh indah bersanding dengan beskap yang membalut tampilan semakin gagah berwibawa.

Sai Batin Buay Bejalan Di Way Selayar Akbar Puspanegara, gelar Suttan Pangeran Raja Jaya Kesuma IV dan sang Adik - Pemapah Dalom -  di apit dua Hulu Balang (seragam putih bertutup kepala khas)


Suasana Hippun Adat di bagian dalam rumah panggung

APRESIASI DAN HASIL HIPPUN ADAT

Acarapun dimulai setelah cukup lama menunggu para petinggi dan tetamu agung hadir.  Hippun Adat dihadiri oleh tokoh masyarakat adat dari empat kepaksian, yaitu kepaksian Pernong, Kepaksian Bejalan Di Way, Kepaksian Belunguh dan Kepaksian Nyerupa. Selain itu juga hadir seluruh unsur muspida, kepala satuan kerja di lingkup pemerintah kabupaten Lampung Barat juga hadir mendengarkan rekomendasi masyarakat adat untuk  di usulkan kepada pemerintah daerah.

Para Tamu di bagian bawah rumah panggung

Tarian Pembuka acara

Diawali dengan tarian pembuka  dibagian bawah dari rumah panggung sebagai penggambaran suka cita akan gelaran Hippun Adat. Dibagian atas, para Suttan dari Paksi Pak. Pelaksanaan acara pun di mulai dengan doa bersama hingga sambutan dari Pj. Sekretaris Daerah Kabupaten Lampung Barat – Akmal Abdul Nasir dilanjutkan dengan sambutan Sai Batin Buay Bejalan Di Way Selayar Akbar Puspanegara, gelar Suttan Pangeran Raja Jaya Kesuma IV. Setelah itu dilakukan pembacaan hasil  musyawarah Paksi Pak Sekala Brak yang berisikan beberapa apresiasi masyarakat adat terhadap kinerja pemerintah daerah kabupaten Lampung Barat termasuk beberapa usulan yang berhubungan dengan upaya pelestarian nilai nilai adat istiadat di Lampung Barat sebagai bagian terpenting dari Budaya dan Kearifan Lokal Saibatin Lampung Barat agar tetap  terus dilaksanakan.

Hippun Adat nan Hikmat
Sungguh saya beruntung hadir dalam sajian Hippun Adat dalam rangka festival Sekala Brak ke 4 tahun 2017 kali ini. Sepadan rasanya bangun pagi, bersiap lebih awal dan berjam-jam menyimak tiap tahapan yang terlaksana dalam rangkaian Hippun Adat.  Banyak hal baru yang saya dapatkan langsung dengan melihat dan menyimak segala yang berlangsung. Semakin cintalah saya pada budaya luhur nana gung di bumi Lampung. Tidaklah ada alasan buat saya untuk mengacuhkannya. Saya cinta Budaya Indonesia dan Saya Bangga pada Budaya Lampung. Baik Saibatin maupun Pepadun.

4 komentar :

  1. Keren bangeeet... Sebuah gelaran adat yang sangat mengesankan. Khidmat dan penuh dengan tata titi adat. Beneran deh, nggak cukup sekali ke Lampung Barat. Pingin ke sana lagi dan lagi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih pujiannya penulis buku keren... btw kalo ke liwa udah sering tapi melihat langsung Hippun Adat dan karnaval Skala Brak baru pertama... tentu aku akan sering sering lah nanti ke Lampung Barat ehehhehe

      Hapus
  2. Terima kasih Bang Indra, liputannya keren banget.

    BalasHapus

Scroll To Top