Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Minggu, 27 Agustus 2017

KISAH TOUR KRAKATAU 2017 YANG NYARIS BATAL



Photo by Zack

 …”jam 7 kumpul di Aula depan yaa, kita ada sedikit acara dan makan malam bareng...” ujar seorang pria berambut gondrong perwakilan Event Organizer (EO)  menyampaikan pengumuman tersebut pada kami.  Waktu maghrib baru saja berlalu. Beberapa teman yang satu hunian dengan saya telah selesai mandi dan shalat seusai aktivitas sepanjang sore yang lengang.

 
Cottage bagian depan - kawasan bermalam mayoritas peserta tour wanita

Saya dan rombongan yang tergabung dalam peserta Tour Krakatau dalam rangka Lampung Krakatau Festival 2017 tiba di pulau Sebesi pada Jum’at tengah hari, tepat ketika adzan shalat Jum’at berkumandang. Seluruh rombongan pun menyebar, seusai penjelasan ala kadarnya dari EO soal hunian yang akan kami tempati.  Seluruh peserta wanita diprioritaskan pada cottage dibagian depan tepat di dekat dermaga kedatangan. Sedang mayoritas peserta pria diarahkan menempati rumah-rumah warga yang letaknya berjarak 300 meter dari posisi cottage dekat dermaga yang juga  diberi label ‘Cottage’ oleh EO.  Saya pribadi  tidak melihat ada kerapihan EO dalam pendataan peserta sejak mula kedatangan yang menyebar tanpa ada penjelasan awal soal itinerary  termasuk penempatan cottage yang asal pilih tanpa ada daftar nama peserta.
 
Pada sepanjang siang hingga sore, beberapa teman menghabiskan waktu dengan eksplorasi kawasan pulau Sebesi, beberapa lagi menikmati debur ombak dan pasir halus di bagian dermaga dan pesisir pantai nan landai. Beberapa lagi istirahat tidur siang karena sadar diri, esok hari akan melakukan pendakian ke Gunung Anak Krakatau (GAK). Dan saya termasuk golongan yang terakhir. Saya memilih tidur siang. Bukan hanya alasan pendakian esok hari, tetapi karena begadang dimalam sebelumnya. Yah, begitulah, free time sepanjang siang hingga sore. Peserta bebas melakukan aktivitas sesuai selera. 

MAKAN MALAM PENUH CEREMONIAL

Tepat pukul 7 malam, saya dan rekan rekan satu hunian beranjak menuju aula yang dimaksud panitia sebelumnya. Letaknya persis di depan kawasan cottage yang di huni mayoritas para peserta wanita dan beberapa undangan dari kementerian serta beberapa personel EO. 

Sebagian besar peserta Tour Krakatau telah memenuhi aula yang telah ditata menjadi sebuah ruang pertemuan. Dua buah sofa ditata pada bagian depan tepat membelakangi spanduk acara yang membentang jelas sebagia bagian dari acara malam itu.  Aroma acara ceremonial langsung terasa, mengalahkan aroma ikan bakar yang mulai membumbung di sekitar kawasan aula. Sungguh saya tergoda dengan aroma ikan bakar dan hidangan makan malam ketimbang mengikuti ceremonial.

Benar saja, tebakan saya tidak meleset se-inchi-pun. Ceremonial yang membosankan berlangsung pada pukul 8 malam dengan panduan pembawa acara ala kadarnya. Seluruh peserta bagai dipandu oleh dua sosok anak kuliahan yang memperlakukan audience bagai teman sebaya mereka.  Tiadalah faedah menyimak apa yang diucapkan pembawa acara generasi milenial itu. Beruntung ada suguhan tari dari sanggar remaja di Pulau Sebesi yang setidaknya menarik minat para peserta yang sebagain dari luar kota untuk mengabadikan tampilan para penari generasi ‘Z’ tersebut.

suasana 'malam ceremonial' di aula terbuka dekat dermaga pulau Sebesi
 
PENDAKIAN GUNUNG ANAK KRAKATAU DIBATALKAN!

Acara malam yang diharapkan EO menjadi  ‘malam keakraban’ itu pun semakin membosankan dengan banyaknya yang menyampaikan sambutan dengan isi sambutan yang bertele-tele ditangah suasana lapar para peserta yang berharap segera makan malam.  Tapi ditengah penyampaian kata sambutan, ada satu sosok yang menarik saya dan beberapa rekan blogger, yakni ketika pak Nino dari BKSDA menyampaikan sambutan dengan salah satu penjelasannya bahwa kami para peserta Tour Krakatau tidak dapat menginjakkan kaki di Gunung Anak Krakatau keesokan hari dikarenakan sedang Siaga 1.

Pernyataan pak Nino sontak mengundang gemuruh para traveler, blogger dan media yang hadir malam itu. Komentar personal setiap peserta pun merebak. Saya pribadi pun menyesalkan pernyataan pak Nino tetapi berusaha menahan diri untuk tidak ikutan berkomentar karena menghormati forum ceremonial yang sedang berlangsung.

Usai acara ceremonial, pemandu acara mempersilakan seluruh peserta menikmati makan malam. Saat moment makan malam itulah saya gunakan untuk menemui beberapa orang yang sejak awal saya lihat sangat kecewa dengan pernyataan pak Nino dalam sambutan yang menyatakan bahwa peserta tour hanya akan diajak mengelilingi Gunung Anak Krakatau tanpa turun ke bagian gunung apalagi melakukan pendakian.

wajah wajah kecewa rekan rekan media, treveller dan blogger yang mendengar keputusan pembatalan jadwal pendakian ke Gunung Anak Krakatau

Mba Agatha – seoarang ahli Geologi menjadi orang pertama yang mengajak saya untuk melakukan klarifikasi pada pihak terkait berkenaan dengan pernyataan pak Nino yang menyebabkan peserta Tour Krakatau kecewa.  Saya dan rekan rekan pun sempat menemui salah satu personel EO yang berdiri dekat meja prasmanan.  “Saya gak yakin Gunung Anak Krakatau Siaga 1, saya paham soal geologi, mana surat resmi yang menjelaskan Siaga 1?” tanya Agatha membuka pembicaraan dengan salah satu tim EO tersebut. “saya gak tau soal itu” ucap pria gempal berkepala plontos.  Tak puas dengan jawaban yang kami terima. Saya dan Agatha pun menemui beberapa pihak yang telah berkumpul dan mengemukakan kekecewaan yang sama dengan kami.  Setelah melakukan pembicaraan dengan puluhan peserta tour Krakatau, kami pun sepakat mencari perwakilan EO yang saat itu telah menghilang dari keramaian.  Personel EO yang semula kami lihat berada di sekitar meja prasmanan telah menghilang. Ditengah kebingungan kami mencari para personel  EO, beberapa  peserta melihat wujud personel EO di kegelapan. Awalnya, saya dan Fajrin – rekan saya bermaksud menghampiri salah satu personel EO tersebut. Tapi kemudian, yang kami hampiri malah berupaya berkelit tak mengaku bagian dari EO meski ia mengenakan seragam EO yang kami kenali sejak siang.   Saat berkelit dan upaya untuk menjauh dari kami yang mendekati itulah, Fajrin mengambil tindakan mengajak salah satu personel EO untuk ke bagian Aula dimana acara ceremonial berlangsung sebelumnya.  Suasana semakin gemuruh.  Peserta Tour yang masih berkerumun di Aula saling mengeluarkan statmen dan membuat suasana semakin gaduh.  

saya mengambil microphone dan mengajak seluruh peserta berkumpul duduk bersama dan diskusi

ketika saya mengajak diskusi  Yudha perwakilan Eo
 
DISKUSI DAMAI MENCARI KEPUTUSAN

Melihat suasana gaduh yang semakin memuncak karena perwakilan EO tak menampakkan diri, saya segera menghampiri bagian sound system yang semula telah dimatikan karena acara ceremonial telah berakhir. Saya meminta teknisi sound menghidupkan kembali pengeras suara dan kemudian saya membuat pengumuman, agar seluruh peserta yang kecewa berkumpul di  dalam aula. Ajakan saya pun di ikuti. Puluhan peserta Tour berkumpul. Saya dan Fajrin meminta sosok pria plontos berkemeja seragam EO itu memanggil juru bicara mereka bahkan bila berkenan semua jajaran personal EO untuk berdiskusi bersama kami menjelaskan perihal kunjungan ke Gunung Anak Krakatau yang dibatalkan. Tapi ternyata tak direspon dengan cepat hingga menimbulkan kekesalan para peserta tour yang telah berkumpul dan mengharap kejelasan. 

Setelah menunggu cukup lama akhirnya muncullah sosok pria bertubuh kecil tinggi berkulit coklat dengan volume suara tak kencang mengenalkan dirinya yang bernama Yudha mewakili jajaran EO.  Pandainya EO ‘menumbalkan’ Yudha  untuk menemui para peserta Tour Krakatau yang meminta kejelasan soal jadwal kunjungan ke Gunung Anak Krakatau yang dibatalkan sepihak oleh EO. 

Diskusi pun berlangsung dengan kondisi duduk melantai membentuk lingkaran, meski dibeberapa bagian terjadi debat panjang nan sengit tapi tak ada unsur kekerasan selama diskusi. Pihak BKSDA – pak Nino pun kemudian dihadirkan untuk menjelaskan persoalan sesungguhnya. Dari penjelasan pak Nino didapat pernyataan, bahwa izin memasuki kawasan konservasi belum keluar meski sudah ada pengajuan dari EO. Inilah titik nyata kekesalan para peserta tour termasuk saya. Jika memang alasannya surat izin belum keluar mengapa kami para peserta yang harus menanggungnya?. Jadi, dalam perjalanan setengah diskusi didapat kesimpulan bahwa kabar Siaga 1 yang semula disampaikan dalam acara cermonial tidaklah benar!!

Dalam forum diskusi yang saya pimpin tersebut, saya mengambil peran sebagai penyampai aspirasi peserta tour, agar kedatangan ke Gunung Anak Krakatau tetap berlangsung.  Alasan demi alasan pun dikemukakan  sehingga menjadi perdebatan panjang. Namun kemudian diperoleh titik temu atas kesepakatan pihak peserta, EO dan pak Nino dari BKSDA.  Kunjungan ke Gunung Anak Krakatau akan dilaksanakan, tetapi dengan batasan waktu kunjungan hanya 2 jam sejak mulai pendakian hingga meninggalkan kawasan Gunung Anak Krakatau. Selain itu pak Nino juga menghimbau untuk menjaga kelestarian dan keasrian ekosistem yang ada dalam kawasan Gunung Anak Krakatau dengan pendampingan langsung dari pihak BKSDA.  Kesepakatan pun disetujui semua peserta tour dan diskusi malam itupun berakhir damai. Peserta tour Krakatau pun bergegas istirahat karena pukul 3 pagi esok hari harus menempuh pelayaran dari Pulau Sebesi ke Gunung Anak Krakatau.

seluruh peserta diskusi berphoto bersama usai diskusi damai

 Begitulah yang terjadi. Runutan kisah yang saya alami bahkan menjadi bagian dari peristiwa yang sebenarnya. Tak ada kekerasan seperti pemberitaan yang merebak dikemudian hari. Yang ada hanya diskusi panjang untuk menemukan titik tengah dari semua pihak hingga mendapat kesepakatan yang baik. Meski dalam forum diskusi disepakati untuk tidak terlalu di sebarluaskan kepihak luar soal diskusi panjang malam itu. Sungguh pelajaran tahun kedua dari EO yang sama ditahun sebelumnya. Hal hal yang berkenaan dengan perizinan, kemungkinan kendala di  lapangan hingga pengorganisasian peserta adalah hal hal kecil tetapi cukup krusial diperhatikan, karena berkenaan dengan kepentingan banyak pihak yang terkait didalamnya. Semoga ada pembelajaran dibalik peristiwa ini. Bagaimanapun, Lampung tetap layak dikunjungi karena memiliki beragam potensi wisata yang berharga layaknya harta karun yang harus ditemukan langsung oleh wisatawan. Lampung – The Treasure of Sumatera.

29 komentar :

  1. jadi mendaki kan? aku lohat di foto kayaknya pada mendaki

    BalasHapus
  2. Semoga festival Krakatau tahun ini bisa dijadikan sebagai PR untuk festival tahun selanjutnya.

    Sayang, ketika makan malam, saya tidak kebagian dengan ikan bakarnya karena habis duluan😂😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. heheheh saya sempat makan dikit tapi jadi tak sedap karena rencana yang nyaris gagal..

      Hapus
  3. Mudah2an setelah kejadian kemarin tidak ada lagi yg seperti ini ya,Om.

    BalasHapus
    Balasan
    1. amiiinnn.... yeeeyyy kita berdua fames yaa masuk TV hahahaha

      Hapus
  4. Wowww gituu yaa cerita nya bang....

    BalasHapus
    Balasan
    1. begitulah adanya tanpa dikurangi atau di tambahi ...

      Hapus
  5. Gak kebayang kalau benar-benar batal. Mdia dan temen-temen blogger akan menulis, "Festival Sebesi" bukan "Festival Krakatau".

    Krusial sekali sampe-sampe soal izin aja gak keurus. Aihh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. itulah kenapa aku berani maju mewakili temen temen yang kecewa...ngapain jauh jauh ke pulau sebesi pake nginep kalo cuma muter muter lihat gunung dari kapal..kayak kurang kerjaan hahahahah

      Hapus
  6. Sempet KZL pas dibilang ga jadi menjejakkan kaki ke Pulau Krakatau. Alhamdulillah jadi juga. Terima kasih Mas Indra, Fajrin dkk sudah inisiatif membuka diskusi. Kalau dibicarakan baik2 kan bisa dapat solusi.

    BalasHapus
  7. Menegangkan juga kalau hampir batal ya bang. Menurutmu gimana dengan festival tahun ini sama yang tahun lalu bang?

    Aku minta maaf ya undangan kemarin aku belum bisa hadir bang Indra. Semoga gak melunturkan silaturahmi kita.

    BalasHapus
    Balasan
    1. tahun lalu dan tahun ini...semua just so so aja...gak ada yang istimewa. aku sih gak begitu suka. pawainya aja aku tinggal tidur..hahahahahha

      Hapus
  8. Semoga tahun depan lebih baik lagi ya. Pelajaran selalu ada

    BalasHapus
    Balasan
    1. amiiinn....semoga EO nya gak itu mulu...EO lokal di provinsi Lampung banyak yang bagus kok

      Hapus
  9. Duh, untung tetap jadi mendaki ya Bang Indra bakalan garing banget kalo batal..

    BalasHapus
    Balasan
    1. itulah kenapa aku berkenan menjadi juru bicara teman teman yang udah jauh jauh datang malah nyaris di cancel hahahah

      Hapus
  10. Sempet melongo waktu dibilang ngga jadi naik ke Krakatau. Trus ya ngapain aku jauh-jauh terbang dari Medan kalo batal? Gitu pikiran awalnya. Tapi untung dramanya kelar juga, big thanks buat Mas Indra yang ngusahain supaya tour Krakatau tetep berjalan sesuai rencana awal. Dan kubahagiaaa! :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. itulah mengapa aku berkenan maju mendiskusikan solusi bersama EO dan BKSD mba karena kasihan dengan teman tekan luar kota yang jauh jauh datang ke Lampung buat tandang ke GAK eh taunya batal...trus mau tulis apa kalo batal?, tulis karnaval doang atau tulis Pulau Sebesi ???hahahahah ..btw thanks yaa mbaa udah ebrkenand atang ke Lampung...semoga gak kapok yaaa mba...dan semoga aku bisa tandang ke Medan heheheh

      Hapus
  11. Bener harusnya belajar dari tahun2 lalu, masa terulang terus 😌..ngurus simaksinya harus lincah. Kayaknya ngelist daftar peserta kmrin waktunya agak mepet

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya gitu deh....meski Eo nya salah lagi tahun ini tetep aja tahund epan di pake' lagi tu EO..secara kan ?!!! hahahahha...padahal banyak lho EO lokal yang bagus dan rapih atur trip ke krakatau . contohnya EO tahun 2014 yang handle tour Krakatau dengan keren.

      Hapus
  12. Selalu ada "kisah" dari penyelenggaraan festival krakatau ya, hehehe

    BalasHapus
  13. Malam tersebut adalah malam penuh Kenangan yang takkan terlupakan,wkwk
    terimakasih juga untuk EO nya nih yang akhirnya para peserta naik gunung anak krakatau walupun nyaris aja batal.

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih adik kece.... roti roti gak sih itu kalimat sanjungannya...hahahahahha.... sukses selalu yaaah broh.

      Hapus
  14. Wew drama pisan, untunglah berakhir damai. Kalo diusahain mah bisa ya naik ke Krakatau, itu EO ngapain aja atuh :D

    BalasHapus
  15. Yg disesalkan knp harus alasan gunungnya siaga ya, untung ada yg ngerti ttg gunung. Semoga festival berikutnya lbh baik lagi.

    BalasHapus
  16. Ikutan panas dingin bacanya. Bagaimana kecewanya teman2 ya kalau gak jadi. Tapi Alhamdulillah ada jalan penyelesainnya secara damai. Semoga jadi pelajaran untuk event selanjutnya.

    BalasHapus
  17. Terima kasih Mas Indra atas bantuannya. Kalau ga jadi naik pasti pada manyun dah

    BalasHapus
  18. Jadi begitu tragedi sebenarnya sampe akhirnya kita jadi naik ke Anak Gunung Krakatau? Pada saat kejadian, aku enak-enakan tidur setelah makan brutal yang terlambat itu. :))

    BalasHapus

Scroll To Top