Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Selasa, 14 November 2017

ELEPHANT RESPON UNIT (ERU) WAY KAMBAS, BUKAN TEMPAT WISATA.




Setiap kawasan wisata memiliki daya tarik tersendiri. Meski kawasan yang menarik belum tentu masuk dalam golongan tempat wisata. Begitupun kawasan Elephant Respon Unit (ERU) di Taman Nasional Way Kambas – kabupaten Lampung Timur.  Elephant Respon Unit (ERU) bukanlah tempat wisata layaknya Pusat Latihan Gajah dalam kawasan Taman Nasional Way Kambas. Tapi bukan berarti tidak dapat kamu kunjungi lho?!. Gimana sih?, katanya bukan tempat wisata, kok dapat di kunjungi!!!.. Eiitsss!!, jangan bertaring dulu yaaa… mari dengarkan apa yang akan biduan sampaikan soal ERU yaaa… chekidhooott!!!

bagian depan Camp ERU Margahayu
 
APA SIH ERU ITU ?

Sebagai kawasan Taman Nasional, Way Kambas memiliki luas lahan lebih dari 125 ribu hektar dengan jumlah habitat gajah berjumlah nyaris 300 ekor. Tapi, tidak semua gajah gajah yang tersebar dalam kawasan Taman Nasional Way Kambas (TNWK) tergolong gajah jinak. Karena ada pula (bahkan sebagain besar) dari gajah gajah tersebut tergolong gajah liar!.
Nah, Elephant Respon Unit (ERU) didirikan untuk menangani gajah gajah liar tersebut agar tidak terjadi konflik dengan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan TNWK.

Jadi ERU itu adalah sebuah camp yang dibentuk tak hanya sebagai kawasan konservasi tetapi juga sebagai kawasan penanganan konflik yang didalamnya terdiri dari tim yang bertugas menangani konflik yang terjadi antara gajah-gajah liar dengan manusia.  Hah!! Apaa!!!, Manusia dan gajah berkonflik?!!!.. (ekspresi wajah ala Sinetron lebay!), heheh,  ya ia lah, Manusia dengan anjing kecil aja bisa ribut, apalagi dengan gajah yang badannya segede gaban!!, hahahahaha.  Jadi sudah jelas ya, kalau ERU itu bukan tempat wisata!. Soalnya ada yang datang ke ERU kemudian posting photo di sosmed dengan caption ; ‘ ERU – Tempat Wisata Seru!’. HhmmNgana Sehat?!!.

gajah di areal camp ERU

tampilan depan menyambut kehadiran pengunjung
 
KAWASAN EDUKASI  DAN PEMAHAMAN KONFLIK GAJAH

Kembali saya sampaikan, meski ERU bukan tempat wisata layaknya Pusat Latihan Gajah (PLG) dalam kawasan Taman Nasional Way Kambas, tapi bukan berarti ERU tak bisa di kunjungi. Boleh saja. Hanya, kunjungannya bukan bersifat wisata melainkan bersifat edukasi. Kan gak salah juga kalau datang buat tanya langsung pada tim  petugas di ERU soal penanganan konflik?, yak khaan?. Lanjut broh!!.

Mulanya, camp ERU dalam kawasan Taman Nasional Way Kambas (TNWK) berdiri pada tahun 2011 di kawasan Bungur, yang kemudian bernama Camp ERU Bungur dengan wilayah kerja atau pemantauannya di kawasan Bungur.  Camp ERU berdiri ketika konflik antara gajah liar dengan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan TNWK terjadi. Kala itu, gajah gajah liar yang jumlahnya ratusan itu kerap menghapiri pemukiman warga dan tak sedikit melakukan pengerusakan baik kediaman maupun perkebunan warga. Nah, saat itulah tim yang dibentuk dan tinggal di camp ERU berfungsi menengahi konflik. 

diskusi dengan pak Sangiful
 
Yang menarik dalam camp ERU, selain ada petugas dan  tim yang bertugas menjaga camp dan juga penengah konflik, ada pula gajah gajah jinak yang mendampingi petugas menjalankan tugasnya. Lho, buat apa sih gajah gajah jinak itu??!!!... hhhmmm.  Jadi gini, kan gak semua manusia paham bahasa gajah kan?, trus kalo gajah liar ngamuk, maka gajah jinak lah yang akan berperan menetralisir keadaan dengan melakukan pendekatan dan komunikasi dengan si gajah liar yang merusak lingkungan warga tadi.  Yaa, kalee manusia ngerti bahasa gajah?!!, hahaha!. Jelas ya, bahwa dalam camp ERU ada pula gajah jinak yang telah terlatih sebagai bagian dari penanganan konflik antara gajah liar dan masyarakat. Keche khan?!!.

CAMP ERU MARGAHAYU NAN ASRI

Oleh karena konflik antara gajah liar dan manusia itu tak hanya terjadi di kawasan Bungur saja, maka seiring waktu dibuatlah camp ERU di  kawasan Tegal Yoso pada tahun 2013 dan camp ERU di Margahayu pada tahun 2014.
Nah, kemarin, saat  event Festival Way Kambas 2017, saya dan rekan rekan blogger yang tergabung dalam Famtrip Jejak Petualang mendapat kesempatan bertandang ke camp ERU di Margahayu.  Sesuai letaknya, kunjungan ke camp ERU dilakukan melalui desa Margahayu. Saya dan rekan-rekan blogger berjalan kaki sejauh 3 kilometer sejak pagi melalui perkebunan dan sawah warga setempat yang bersinggungan dengan kawasan Taman Nasional Way Kambas.

Kondisi tanah basah membuat alas kaki kami bertumpuk tanah liat. Meski begitu, sepanjang berjalan kaki, mata saya mengagumi luasnya kawasan TNWK termasuk suasana hijau yang bersebelahan dengan areal perkebunan masyarakat sekitar.  Tiga kilo emang jauh. Tapi tak begitu berarti ketika tiba pada bagian dalam kawasan Camp ERU Margahayu.  

Elephant Respon Unit (ERU) Margahayu

salah satu sudut dalam kawasan Camp ERU Margahayu
 
Pak Sangiful Mustofa selaku Mahout dalam Camp ERU Margahayu menyambut kedatangan kami. Usai menyeka keringat dan menenangkan diri sehabis tracking, kami berbincang dengan pak Sangiful sembari disuguhi kopi hangat nan nikmat. Hhhmm…sempanjang obrolan, mata saya mengagumi kawasan sekitar camp nan asri. Terlebih sejuknya udara di dalam kawasan camp ERU Margahayu. Buat betah selonjoran!. Yang kemudian buat betah, ketika Toyes berkreasi dengan mie instant di dapur camp ERU. Aahh… pengurus camp baik banget, ngasih kesempatan masak ke tukang makan, ya, gak mungkin nolak kan yaa..?!!! Toyes dan Adul langsung mengolah bahan makanan di dapur.

menyantap mie goreng hasil olahan Toyes dan Adul dari dapur Camp ERU Margahayu. Kelakuaann!!!!

selalu ada celah buat photo narsis plus kaos endorse-an.!!
 
SENSASI MEMANDIKAN MELLY

Dalam penjelasan pak Sangiful yang sesekali di selingi guyonan khas itu juga dijelaskan bahwa dalam camp ERU terdapat 6 gajah jinak yang selalu menjambatani dalam komunikasi dengan gajah liar ketika konflik berlangsung.  Bahkan gajah gajah jinak tersebut menjadi pihak yang membujuk gajah liar ketika mengalami luka di dalam hutan atau gajah kecil yang tersesat. Aaahh… gajah aja baik hati, masak kamu busuk hati?!!, hahahah.


Dalam Camp ERU Margahayu, ada 6 gajah jinak bernama Toni ( usia 50 tahun), Daeng (35), Daeng (30), Meli (25), Heli (20) dan Amel (5). Nah, siang itu, pak Sangiful mempersilakan kami memandikan Melly – gajah betina berusia 25 tahun nan aduhai itu.  Kami pun jadi antusias. Satu persatu menjajal kemampuan memandikan gajah. Hahaha. Tahukan mandikan gajah tak semudah memandikan anak manusia?!, hahahahha. Mulanya, ada rasa takut takut gitu, tapi setelah tahu triknya, momen memandikan Melly pun jadi akrab. Bahkan bisa photo bareng dengan gaya photo yang dapat diatur oleh tim camp ERU.   Saya pribadi turut memanfaatkan momen memandikan Melly sembari photo photo gitu, hehehe. Kapan lagi lho, mandiin gajah?!, yaa khaann!!.



petugas mencontohkan cara memandikan Melly

kapan lagi memandikan Gajah

akhirnya, bisa memandikan gajah, heheheh

mengamati penjelasanc ara memandikan gajah
 
Hari semakin beranjak siang. Tak terasa kebersamaan kami di camp ERU Margahayu harus segera diakhiri. Karena kawasan Camp ERU bukan tempat wisata jadi tidak pula bisa seharian bersantai disana. Kami pun bergegas pamit setelah beberapa teman mencoba naik gajah dan mengitari sebagain kecil kawasan camp ERU.

photo bersama kami sebelum meninggalkan lokasi camp ERU margahayu
 
Sebagai kawasan yang spesifik menangani konflik antara gajah dan manusia dalam Taman nasional Way Kambas, camp ERU memiliki fungsi yang penting bagi  desa-desa penyangga yang berada di sekitar Taman nasional Way Kambas. Berbagai upaya telah dan akan terus dilakukan dalam mengatasi konflik bertujuan meminimalisir konflik yang terjadi antara gajah liar dengan masyarakat sekitar.  Selain dukungan penuh dari pemerintah pusat maupun pemerintah kabupaten Lampung Timur, program camp ERU juga didukung oleh lembaga konservasi (NGO) , Komunitas untuk Hutan Sumatera (KHS).

5 komentar :

  1. wahh seru banget. Mandiin gajah seru, tapi nek yang gedhe suka takuutt

    BalasHapus
    Balasan
    1. yesss bisa bisa bisaaaa....thanks barbieeee...

      Hapus
  2. Kece bana bana.... famtrip berikutnya memandikan harimau dan menungganhinya.... alhamdulillah yaa...

    BalasHapus
    Balasan
    1. siiiiaaapppppp......Mandi bareng Harimau ...Alhamdulilaaaahhhhh...yyyaaahhhhh...

      Hapus
  3. Strategy cerdas menangkal gajah liar memakai pendekatan Komunikasi Gajah jinak. Bahasa Gajah susah soalnya kan. Pose Mandi ama Gajah seru juga , tapi bulunya bukannya keras ya? Mandiinya pake sabun merk apa ? ( Pertanyaan terakhir tak berfaedah)

    BalasHapus

Scroll To Top