Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Selasa, 26 November 2019

MISI BUDAYA DI AMERIKA


Misi Budaya di Amerika - duniaindra.

…”persiapkan passport dan beberapa kelengkapan buat urus visa.” ucap wanita di ujung telepon. “harus segera?” tanya saya sembari menerka kemana kiranya tujuan perjalanan yang melibatkan saya kali ini. “Segera!. Karena ngurus visa Amerika itu ribet!!” pungkas sang wanita.
Mimpi apa tetiba ada ajakan ke Amerika!.  Wanita yang menghubungi saya via ponsel adalah pihak tour and travel yang mengurus perjalanan berdasarkan perintah Istri Walikota Bandar Lampung – bunda Eva Dwiana Herman HN.  Segenap organ badan jingkrak riang.  Amerika berpendar di fikiran.


Bunda Eva, saya dan para penari.

Meski bahagia tak terkira karena tahu akan di ajak ke Amerika, cemas pun melanda jelang proses pengurusan visa. Pasalnya, beberapa teman dekat yang sempat urus visa Amerika dalam 5 bulan terakhir mendapat penolakan. Bahkan pengajuan visa mentor saya – miss Etha yang jelas-jelas suaminya warga negara USA aja di tolak!.  Beruntungnya, saya dan tim yang akan ke Amerika mengalami kemudahan dalam pengurusan visa. Meski memang ada beberapa kendala saat proses wawancara visa di kedutaan Amerika termasuk kisah 1 orang rekan penari dalam tim yang terkena penolakan.– well, detail info soal pengajuan visa Amerika kelak akan saya tuturkan dalam judul terpisah.

Perjalanan yang saya lakoni merupakan bagian dari misi budaya yang melibatkan banyak pihak.  Misi ini bermula dari undangan duta besar Indonesia untuk Mexico untuk partisipasi pentas seni dan budaya Kota Bandar Lampung dalam ajang  tahunan di Mexico – Festival Santa Lucia yang di gelar di kota Monterrey, Mexico.  Itulah sebabnya, selain bunda Eva dan saya, juga tergabung rekan-rekan penari yang kelak akan menyajikan tarian di hadapan penonton.  Karena pemesanan flight di jadwal keberangatan melalui New York lah yang membuat rombongan kami melakukan pengurusan visa Amerika. Selain itu, menurut tour and travel yang mengatur jadwal perjalanan kami, pengurusan visa Amerika memudahkan kami memasuki kawasan Mexico.

Setelah melakoni beragam persiapan, perjalanan pun di mulai. 22 Oktober 2019, Bandar Lampung – New York. Meski rute perjalanan terbilang panjang tapi bayangan menginjakkan kaki di benua Amerika adalah kebahagiaan tersendiri. Sebagai penyuka pelajaran sejarah sejak sekolah dasar, gambar peta Amerika tertata rapih di benak dan harapan untuk suatu hari dapat tandang entah bagaimana caranya. Hingga impian itu pun terwujud.
 
Festival Santa Lucia

Anak kampung yang memupuk impiannya tandang ke Amerika itu pun benar-benar merasakan apa yang dulu pernah ia idamkan. Mendarat di Bandara International Jhon F. Kennedy adalah sensasi perdana yang saya rasakan saat tiba di Amerika. Meski perjalanan masih menyisakan penerbangan lanjutan ke Monterrey sebagai tujuan utama saya dan rombongan. Alhasil, lebih dari 26 jam total perjalanan yang saya dan tim lakoni dari Bandar Lampung – Jakarta – Singapura – Frankfrut – New York – Texas – Monterrey.   Tiba di benua Amerika pun tubuh mengalami banyak penyesuaian. Mulai dari penyesuaian atas perubahan jam istirahat, jam makan dan jenis makanan hingga kondisi udara.  Tapi semua itu kami anggap sebagai bagian dari resiko melakukan perjalanan ke luar negeri. Kalo gak berkenan menerima resiko ya, jangan ke luar negeri ya… hehehe.

Bunda Eva juga sempat menghibur para tamu VIP dengan mendendangkan lagu Lampung dan lagu Dangdut pada setiap gelaran pentas.
Pelaksanaan dari pertunjukan seni budaya dalam gelaran Festival Santa Lucia yang kami lakoni pun berlangsung selama 3 hari di 3 lokasi panggung yang berbeda.  Pada hari pertama, saya dan tim tampil di aula kampus UDEM (University De Monterrey). Hari kedua kami tampil di Teatro De La Ciudad De General Teran.  Hari ketiga kami tampil di Centro Cultural Rosa De Los Vientos. Sajian saya dan tim berupa  tarian dinamis dan lagu-lagu pop Lampung yang saya bawakan secara langsung guna menyiasati waktu ganti kostum para penari di belakang panggung. Selain menari dan menyanyi. Tim kami juga membawa serta beragam produk terbaik dari Bandar Lampung sebagai cinderamata yang kami berikan pada tamu-tamu VIP yang terdiri dari petinggi KBRI, pejabat daerah setempat termasuk para pesohor di Mexico City.

Swafoto bersama Duta Besar Indonesia untuk Mexico, Konsulat Jendral Mexico untuk Indonesia dan rekan rekan KBRI
Saya akan menuturkan secara khusus mengenai tampilan saya dan tim plus kisah-kisah seru selama di Monterrey – Mexico dan New York di postingan selanjutnya. Karena postingan ini hanya bersifat penjelasan umum mengenai perjalanan saya dan tim selama lebih kurang 13 hari ke Monterrey dan New York. Untuk sebuah impian yang terwujud dan kebahagiaan atas kunjungan ke New York dan Mexico patutlah saya berterima kasih atas kebaikan Bunda Eva Dwiana Herman HN yang berkenan melibatkan saya dan rekan rekan penari dalam misi budaya ke Amerika. Sesuatu yang tak pernah saya fikirkan dapat terwujud hanya dengan bermodal kemampuan berkomunikasi, memandu acara dan bernyanyi.  Bahwa benar adanya, kemampuan kecil yang di asah dan  di bangun melalui ketekunan dan keyakinan akan mengantarkan pada pencapaian besar di kemudian waktu.

2 komentar :

  1. Terbaik.
    Bang Indra ini contoh nyata orang yang benar-benar "kawin" dengan pekerjaannya. Next jalan ke Afrika ya bang. Ke negeri jauh yang eksotis biar ceritanya bisa aku baca :)

    BalasHapus

Scroll To Top