Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Selasa, 18 Agustus 2015

PENDAKIAN TUGU LEDENG YANG SENSASIONAL.

Tugu Ledeng - Metro - Lampung


... Tantanglah dirimu melakukan sesuatu yang menurut orang lain tak mungkin bisa kamu lakukan. Jika terlaksana, maka kamu mengalahkan anggapan skeptis orang lain tersebut.

Untaian kata itulah yang merupakan dasar dari keberanian saya melakukan banyak aktivitas dalam kehidupan sehari hari. Termasuk melakukan pendakian!. Pendakian?, ya pendakian. 

Sejak saya berhasil melakukan pendakian di beberapa gunung, bukit dan tempat tempat yang letaknya di ketinggian di beberapa waktu lalu - terlebih kala usia saya lebih muda dari sekarang,  seolah menjawab anggapan orang akan kelemahan tubuh saya. Ya, tubuh saya memang bukan ukuran tubuh  ideal proporsional, jauh dari gambaran pria kekar apalagi atletis.! Hahahahah, tapi saya punya semangat untuk melakukan apapun yang saya ingin lakukan tanpa mempedulikan anggapan miring pihak lain. 

Tak berbeda jauh dengan moment yang terjadi siang itu.
Setelah perbincangan singkat dengan panitia Metro Photography di Taman Kota Metro, saya berharap pada panitia dapat mengambil photo di posisi yang sama dengan spanduk yang terbentang di acara tersebut. Dan ternyata lokasi pengambilan gambar di spanduk itu adalah bagian puncak dari tugu ledeng. Semula  saya fikir tugu ledeng seperti tugu tugu lainnnya. Ternyata lumayan tinggi setelah di tunjukkan bentuknya yang tak jauh jaraknya dari lokasi Taman Kota Metro.

Dan setelah kunci diupayakan oleh panitia, jadilah saya, Mas Yopie, Mas Teguh, Derry dan Jamal bergegas menuju Tugu Ledeng. 
Dengan bentuknya yang tinggi layaklah tugu ledeng saya sebut bak sebuah menara. Berupa bangunan peninggalan Belanda, tugu Ledeng masih terawat dengan baik. 
Tampilan yang tampak di lantai dasar kala pintu Menara di buka


Kali pertama membuka pintu yang menghubungkan kami dengan bagian dalam tugu ledeng. Terlihat jelas kubangan air di paruh  sisi kanan lengkap dengan pipa pipa besar. Melihat bagian dalam menara, kami harus menguatkan tekad menaiki anak tangga yang berliku lengkap dengan udara pengap yang khas bak bangunan kolonial tanpa penghuni. Pipa berukuran besar tertanam kokoh menjulang sepanjang menara. Saya dan rekan rekan - berkali kali harus saling menguatkan ketika menghadapi kenyataan harus menuju puncak bersama walau liukan anak tangga cukup menguras tenaga. Di sisi lain, aroma pengap berdebu dengan bentangan sawang menggantung di beberapa bagian dinding yang mudah terhendus oleh siapapun yang melalui anak tangga. Di beberapa bagian tampak tampilan dinding lembab dengan bau menyengat!!. Hhhmmmm ...untuk urusan panjat memanjat saya memang bukan ahlinya. Tak berbeda juga dengan rekan rekan lainnya. Mas Teguh berkali terlihat menahan mual karena aroma tak sedap di sebagian besar sudut dinding dan anak tangga yang melingkar. 


Tangga melingkar sepanjang menara 
kondisi tangga kecil dengan dinding menyempit.


Sampai di lantai  ke 8 kami cukup lega, meski setelah itu terbelalak kala harus menerima kenyataan belum tiba di puncak. Kami harus menapaki 4  anak tangga yang berukuran kecil dengan posisi tegak vertikal. Saya yang sejak awal memimpin barisan di depan cukup kaget ketika melihat kondisi tangga pijak berukuran kecil tanpa penopang ataupun pegangan. Mau tak mau berpegang di tangga tersebut!!. Tak hanya ukuran tangga yang berubah bentuk tapi juga ukuran dinding yang menyempit dan lebih pengap dari bagian tangga sebelumnya. Saya berkali kali mengingatkan rekan rekan di bagian belakang saya untuk berhati hati sembari berulang kali saya komat kamit melafaskan do'a agar pendakian selamat sampai puncak!. Do'a yang saya lafaskan bukan hanya keselamatan pendakian tapi juga dari 'penghuni' menara yang di beberapa bagian sempat membuat bulu kuduk merinding!!.

Tiang pancang Bendera tepat di posisi paling puncak dari Menara


Setelah melalui tangga ukuran kecil dengan dinding tower menyempit, tibalah saya dan rekan rekan di bagian puncak. Lega rasanya.!! Meski ada satu undakan tangga kecil selanjutnya  yang tersisa dengan  tiang bendera merah putih tertancap di permukaannya. Kami pun bersemangat menaiki undakan kecil itu sebagai penuntasan pendakian. Dan alhasil sejajarlah kami semua dengan letak tiang dengan bendera berkibar diantara hembusan angin dan hamparan kota Metro yang melenakan mata. Ya, view siang itu sungguh sebuah pesona bagi kami. Bagi saya pribadi melihat hamparan hijau pepohonan khas kota Metro lengkap dengan tata kelola perkotaan yang rapih warisan jaman Belanda yang masih terjaga adalah sebuah kesenangan tersendiri. 



kami semua senang kala berhasil tiba di puncak




Mengabadikan diri dengan berfoto dan mem-videokan moment adalah aktivitas kami selanjutnya. Bagai anak anak mendapat permen dan coklat, begitulah gambaran bahagia kami siang itu. Meski menyisakan getar kaki dan debar jantung akibat pendakian . Bukan sebuah kesenangan tanpa alasan, tetapi senang karena mendapat kesempatan yang belum tentu semua warga Kota Metro pernah dapatkan. Bahkan saya yakin tidak semua masyarakat Lampung pernah merasakan berada di puncak tugu ledeng yang telah kokoh berdiri sejak masa pemerintahan Belanda itu. Terima kasih pada teman teman Metro Photography selaku panitia acara yang memberi kami kunci Menara hingga berkesempatan menikmati apiknya tata kota wilayah Metro dari puncak tertinggi di kota Metro. Meski beberapa kali saya dan rekan rekan terganggu dengan ulah tangan tangan nakal yang mencoret-coret dinding menara yang terlihat sejak lantai pertama hingga di bagian puncak. Meski permukaan luar tugu ledeng telah di cat oleh salah satu bank ternama di negeri ini tetapi akan lebih baik jika seluruh bagian dalam juga mendapat perawatan secara intensif. Mengingat peninggalan bersejarah berupa Tugu Ledeng itu sesungguhnya dapat jadi bagian dari tujuan wisata minat khusus bagi mereka yang menyukai tantangan dan kandungan sejarah dari sebuah bangunan masa lampau.

View Kota Metro yang kami dapat lihat dari puncak Menara


2 komentar :

  1. Wiiih serem, Kak. Sejak jaman belanda, tangganya belum rapuh kah? Terus tugu ini dulu dibuat untuk apa? Ngomong bank ternama cuma ngecat luarnya doang dan di dalam dibiarkan jelek? Itu kayak ganti baju tapi gak pernah ganti celana dalam, ya Kak...

    BalasHapus
  2. Oh ia aku lupa menjelaskan fungsi dari di bangunnya menara air ini dahulu berfungsi sebagai penadah air kala hujan dan controling sistem irigasi penduduk kala itu, terlebih bagi kebutuhan bercocok tanam petani (sesuatu yang tak terpikirkan lagi oleh Pemerintah kala musim kemarau saat ini) hehehehheh bicara tentang bank, bener sekali itu, lihatlah warna menara itu melambangkan warna logo si Bank itu hehehehe

    BalasHapus

Scroll To Top