Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Senin, 29 Agustus 2016

KISAH JELAJAH KRAKATAU 2016 (Bagian 1)

tampilan Gunung Anak Krakatau (GAK)


Ajakan ikutserta Jelajah Krakatau dalam rangka event Lampung Krakatau Festival 2016,  saya dapat dua hari menjelang keberangkatan. Adalah Oom Yopie – admin akun Keliling Lampung yang mengajak saya. Ajakan yang disampaikan via ponsel itupun saya setujui tanpa banyak pertanyaan. – mumpung pas tak ada acara.  Beberapa hal yang saya tahu,  bahwa Oom Yopie sebagai pribadi yang kerap di beri jatah untuk mengikutsertakan pihak pihak yang kiranya berkenan terlibat langsung dalam gelaran Festival Krakatau dan kemudian menyebarluaskan hal hal menarik dan terbaik dari gelaran tersebut. Itulah sebabnya Oom Yopie mengajak serta para Blogger.  Yang kemudian saya tahu, Oom Yopie mengajak para blogger dari luar provinsi Lampung, mereka adalah ; @Travelerien dan @ariepitax – Blogger dari Jakarta, lalu @dieend18  dan @linawati – blogger dari Batam, lalu @mamaniss dan @omnduut – blogger dari Palembang, @atanassia_rian – blogger dari Jogja, @RosannaSimanjuntak – blogger dari Balikpapan - Kalimantan, dan @HariJT – blogger dari Bangka Belitung. Lengkaplah 9 orang dari 10 jatah blogger perintah Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung pada Oom Yopie. Nah untuk melengkapi kursi peserta yang ke 10 – Oom Yopie mengajak saya. Suatu keberuntungan bagi saya – satu satunya Travel Blogger amatiran di provinsi Lampung. Sebagai seorang pejalan tentu saya tidak menolak ajakan tersebut, apalagi jalan jalan ke Gunung Anak Krakatau (GAK), meski sudah pernah sebelumnya, tetap saja perjalanan memiliki cerita yang berbeda meski lokasi tujuannya sama.

saya (bertopi)  diantara 9 blogger yang resmi diundang sebagai peserta oleh Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Lampung

Jadi, -yang perlu dipahami, bahwa jelaslah 10 orang yang diajak Oom Yopie bukan atas ide ide asal pribadi Oom Yopie,  tetapi merupakan pelaksanaan dari mandat yang Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif provinsi Lampung berikan sebagai satuan kerja pemerintah provinsi Lampung terhadap berlangsungnya event Lampung Krakatau Festival 2016.  Dan apa yang Oom Yopie lakukan juga telah terjadi pada tahun tahun sebelumnya. Jadi, sangat jelas bahwa saya beserta 9 orang yang diikutsertakan oleh Oom Yopie dalam rombongan menuju Gunung Anak Krakatau itu adalah peserta tour resmi.  Bukan peserta Selundupan!!!.

KETERLIBATAN EVENT ORGANIZER

Pagi Sabtu, 27 Agustus 2016. Saya dan 9 rekan rekan blogger yang telah berakrab diri sejak sehari sebelumnya datang ke lapangan Korpri – komplek perkantoran Gubernur Lampung – tempat berkumpulnya peserta Jelajah Krakatau, pukul 06.00WIB (on time!!). Seperti tahun tahun sebelumnya – Oom Yopie selalu mengarahkan rombongan yang diajaknya untuk tepat waktu sesuai jadwal yang ditentukan panitia. Meski pada kenyataan di pagi  pukul 06.00 WIB, lapangan masih lengang. Hanya beberapa panitia yang terlihat dan 3 bis telah tertata rapih di pinggir jalan.
Oh ia, soal pengaturan perjalanan ke Gunung Anak Krakatau, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung melibatkan Event Organizer (EO) sebagai pelaksana dari rangkaian kegiatan Lampung Krakatau Festival 2016, termasuk aktivitas Jelajah Krakatau. Jadi, pagi itu saya tidak melihat satupun orang dinas di sekitar lapangan Korpri. Tidak seperti tahun tahun sebelumnya. EO yang handle event  pun tak tanggung tanggung. EO dengan nama besar dan telah berpengalaman meng-handle banyak event event besar skala Nasional.

Rundown karya Dyandra Promosindo

Dan pagi itu pula, saya mendapat selebaran jadwal yang diberikan oleh salah satu kru didalam bis yang saya dan teman teman blogger tumpangi. Tak salah, jadwal rundown tertera pukul 05.00 – 06.00 WIB – Peserta berkumpul di Lapangan Gubernuran dan registrasi. Well… satu point yang membuat saya mencium aroma kurang disiplin waktu. Entah apalah alasannya. Setidaknya saya dan teman teman dalam satu group bersama Oom Yopie sudah datang tepat waktu. Uniknya, di selebaran berisikan rundown yang saya terima itu ada aktivitas berkeliling ke Pulau Sabesi – cukup menggelitik sayabisa jadi EO membuat jadwal ini tidak survey lokasi atau mengalami secara langsung terlebih dahulu. Saya yakin point berkeliling di Pulau Sabesi tidak akan terwujud. Mana Cukup Waktu genks!!!. Tapi setidaknya saya tersenyum senang ketika melihat point Mini Game setelah aktivitas Tour Krakatau. Menarik sih…., meski tak yakin juga point ini terwujud.! Ngana Fikir setelah Tour Krakatau peserta tetap segar bugar!!!. Hah.! Ya sudahlah saya tetap optimist saja jadwal benar benar terlaksana. Yes,  The Rundown Presented by Dyandra Promosindo.

Pukul 07.55 barulah bis bergerak menuju lokasi acara. Itupun setelah dijelaskan menunggu Bis 4 yang isinya Blogger Pemenang Lomba Blog dan Juri Lomba Blog dengan Blogger yang merupakan guest list sang Juri. Saya dan teman teman ada di Bis 1.

Dermaga pantai Sari Ringgung - Pesawaran - Lampung


START FROM SARI RINGGUNG

Saya sangat senang ketika Oom Yopie menjelaskan bahwa rute perjalanan ke Krakatau tahun ini akan dimulai dari pantai Sari Ringgung. Itu artinya, jarak tempuh via jalan darat dapat dipercepat. Tetapi tentu jarak tempuh via laut menjadi panjang.
Pada tahun 2014 – jelajah ke Gunung Anak Krakatau dimulai di Dermaga Boom Kalianda – Lampung Selatan. Jalur darat yang ditempuh 2 jam perjalanan dari Bandar Lampung ke dermaga Boom Kalianda. Sebelum mengarungi lautan selama 2 jam dengan kapal kapal kayu. Pada tahun 2015 – jelajah ke Gunung Anak Krakatau dimulai dari Kalianda Resort. Dan tahun ini, jelajah ke Krakatau dimulai dari pantai Sari Ringgung – akses darat terbilang cepat dari pusat kota Bandar Lampung – hanya 40 menit, tetapi jalur laut yang dilalui lebih panjang – memakan waktu 3 – 4 jam.

Ibu Kepala Dinas disamping pak Adeham (bertopi hitam) - assisten Gubernur Lampung

Oom Yopie tetep update status

Kapal kecil berhias ornamen Lampung dan bendera bendera inilah yang mengantar penumpang ke tengah laut - untuk naik ke Kapal Besar.

Perjalanan 4 bis berwarna biru itupun lancar jaya menuju pelabuhan pantai Sari Ringgung – Pesawaran. Seorang Bapak yang berasal dari Himpunan Pramuwisata Indonesia – HPI – Lampung, menjadi pemandu Bis kami yang jumlahnya hanya 17 orang. Banyak kursi lengang yang bisa dimanfaatkan untuk selonjoran manja!. Saya pun tertidur sepanjang perjalanan menuju Sari Ringgung akibat bangun terlalu pagi. Beta Masih Ngantuk,Mama!!.
Tak begitu tahu apa yang terjadi dalam bis selama perjalanan, hingga akhirnya Arie membangunkan saya dan kami semua telah tiba di pantai Sari Ringgung.

nampak kapal kapal kecil mengantar ke kapal besar di tengah lautan


JENIS KAPAL YANG TAK SAMA!!

Kala turun dari Bis, saya fikir kami semua dapat langsung menaiki kapal kapal kecil yang telah berbaris di dermaga. Ternyata tidak.!, ada rangkaian ceremonial yang harus kami ikuti. Itupun menunggu pejabat datang. Tunggulah sesaat, Ndra!. Sempat buang air besar, sempat ngopi di warung pinggiran pantai sambil cerita cerita lucu dan hal hal konyol hingga akhirnya pengeras suara memanggil seluruh peserta Jelajah Krakatau berkumpul. Setelah dibariskan dan di data ulang, barulah acara ceremonial dimulai setelah pak Asisten yang mewakili Gubernur Lampung dan Ibu Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif hadir. Sempat memberikan arahan dan doa bersama, peserta yang sepertinya tak lebih dari 200 orang diarahkan menuju kapal kapal kecil di bibir dermaga. Kapal kapal kecil yang isinya tak boleh lebih dari 10 orang itulah yang kemudian membawa kami ke tengah laut untuk selanjutnya bertemu kapal yang ukurannya lebih besar. Sempat melihat hal hal janggal dalam proses pembagian kapal dan penataan keberangkatan. Uniknya, bis 4 yang telat justru diberi kesempatan lebih dulu naik kapal kecil, meski kemudian kapal kapal kecil seolah berlomba merangkak cepat ke kapal besar tanpa ada komando yang jelas dan terarah dari EO. Alhasil, pembagian kapal besar pun tidak rata.

penumpang yang diletakkan di Kapal Polisi Air

tampilan kapal polisi Air

Jenis kapal Kayu yang saya dan teman teman tumpangi tanpa dilengkapi Life Jacket!!

Suasana bagian dalam badan kapal kayu yang kami tumpangi mengarungi laut bebas. Lihat, TAK ADA LIFEJACKET!!!

2014 - semua peserta Tour Krakatau naik jenis kapal yang sama  (seperti pada gambar) dengan tersedianya life jacket sesuai jumlah penumpang. Ibu berkacamata pada gambar adalah salah satu kerabat dekat Gubernur yang juga naik kapal yang sama dengan jenis kapal yang seluruh peserta Tour naiki.

                  ....ingin tahu Tour Krakatau 2014 yang berkesan?, klick ini ....TOUR KRAKATAU 2014

Dibagian tengah laut, telah bersandar kapal polisi air dengan ukuran besar – bagai bentuk kapal pesiar. 2 kapal polisi air ukuran sedang dan 1 kapal kayu!. Saya lagi lagi mencium aroma aneh. Mengapa jenis kapal berbeda beda?. Saya tanya pada salah satu kru EO, mereka tidak menjawab dengan jelas – hanya senyum manis seperti receptionis.  Pada 2 kegiatan kunjungan ke Krakatau di tahun sebelumnya, semua jenis Kapal dibuat sama!. Semua kapal Kayu dan jumlahnya banyak.
Sudahlah, saya dan teman teman menerima saja ketika diminta mengisi Kapal Kayu. Dengan alasan jumlah penumpang pada kapal jenis lain sudah mencukupi batas muatan. Meski saya sempat bergumam jengkel dengan penataan EO yang tidak sama rata begini. Seolah ada yang kelas VVIP dan kelas Teri Nasi seperti saya. Untungnya saya dan rekan rekan tak sendiri. Kapal Kayu khas nelayan menjala ikan di samudera itu juga ditumpangi oleh para Juri lomba Blog dan rekan rekan guest list mereka dengan beberapa kru dari EO. Baiklah, setidaknya kami tak sendiri merasakan nasib dapat kapal kayu nelayan.

Satu persatu kapal bergerak. Setelah dilepas oleh Ibu Kepala Dinas dan pak Asisten Gubernur Lampung. Yah, tentu sudah tahu kan?, ketika pergerakan kapal dimulai, kapal kapal Polisi Air bergerak lebih lincah dibanding kapal kayu yang saya dan teman teman blogger lainnya tumpangi. Bisa jadi 2,5 jam saja waktu yang dibutuhkan kapal kapal polisi air itu ketimbang kapal kayu yang kami tumpangi -  butuh waktu 4 jam coy!!. Itu belum termasuk uji nyali dengan  hempasan ombak laut lepas!!. Matek Ngana!!!.

Saya dan Mba Dian yang rebahan di atap kapal berteman angin kencang, ombak laut gahar dan sengatan sinar matahari yang aduhai.

Teman teman rebahan di bagian badan dalam kapal

ENJOY THE MOMENT.

Well, secara pribadi saya menyayangkan tindakan EO yang membeda – bedakan jenis kapal. Dan tak satupun kru EO yang sekapal dengan saya bisa menjawab dengan logis ketika saya tanya mengapa jenis kapal berbeda-beda. Jika alasannya Kapal Polisi Air Cuma ada 3, mengapa sediakan kuota peserta banyak. Harusnya kurangi saja jumlah peserta. Atau buat semua jadi kapal kayu. Baru adil.! toh semua peserta yang berangkat tidak ada pejabat, tidak ada orang dinas pariwisata. Yang ada hanya Tim EO, Jurnalis, Blogger dan undangan lainnya yang bukan pejabat.
Ya sudahlah. Terima saja.

berpose bersama mas Adis (@Takdos yang berdiri paling belakang)

Mas Adis (@Takdos) yang membaur bersama kami

Saya, Mba Dian dan Mba Lina langsung mengambil tempat diatap kapal sebagai tempat beristirahat selama pelayaran dengan kapal kayu bau amis itu. Dari dua pengalaman sebelumnya saya memang lebih suka naik di bagian atap kapal ketimbang dibagian dalam  badan kapal. Mengingat guncangan pada bagian atas tidak terlalu keras di banding pada bagian dalam badan kapal. Jadilah kala itu, saya, mba Dian dan mba Lina bersantai diatap kapal kayu beratap awan yang cukup bersahabat. Bergabung pula dengan kami, beberapa kru EO yang juga duduk duduk di dekat kami termasuk seorang pria berperawakan kecil, tinggi, berambut lebat dan berkacamata – yang belakangan saya tahu dialah @Takdos – salah satu Juri Lomba Blog dengan rekan rekan wanita usia belia yang belakangan saya tahu mereka adalah adik dan sepupu sepupu kesayangan mas Adis. Sepanjang perjalanan,  mas Adis (@Takdos) menyempatkan bertegur sapa dengan mba Lina dan mba Dian – secara mereka sudah lama jadi blogger dan traveler ketimbang saya yang amatiran ini. Jadi tak ada istilah eksklusifitas saya dan teman teman blogger bersama saya. Btw, jika dapat perlakuan eksklusif kok kebagian kapal kayu nelayan?!.hahahha. Selain bertegur sapa, mas Adis - @Takdos juga sempat ikut dalam photo bareng yang diprakarsai oleh kamera canggih milik Maman.

membunuh bosan dengan rebahan - 4 jam dengan kapal kayu -sedang rombongan lain 2,5 jam dengan kapal polisi air.

Empat jam mengarungi lautan lepas kami isi dengan hal hal seru. Mulai dari bertukar cerita dan pengalaman hingga photo photo bareng di beberapa sudut yang semuanya sama ; hamparan langit dan air!.
Sesekali godaan lincah ombak menyapa kapal kayu yang kami tumpangi. Dan parahnya lagi, kapal kayu yang kami tumpangi tidak dilengkapi oleh Life Jacket!!!. Mungkin EO nya yakin kami akan tegar dan tetap selamat meski ditelan samudra sekalipun!. Edan!! . Bila kami lelah berkisah, kami merebahkan diri dengan buaian angin laut dan terpaan matahari yang semakin siang semakin menusuk kulit. Tak apalah, anggap saja sedang tanning gratis. Biar makin Eksotis.

Oh ya, mengingat selonjoran diatas atap kapal kayu itu sungguh sayang jika tidak dinikmati, maka izinkan saya meneruskan penuturan berdasarkan kisah nyata ini pada paruh kedua dengan judul yang sama yaaa…

Bersambung….

Sabar yaahh Shaiii….. mau CHEBOK dulu

...... Part II... click ...BAGIAN II

28 komentar :

  1. Wow langsung tayang tulisannya. *Kasihjempol. Bagi teman-teman yang baca tulisan ini, sebagai orang yang ikut langsung di perjalanan yang sama, aku mau bilang bahwa tulisan ini 100% akurat. Gak sabar nunggu bagian kedua :)

    BalasHapus
  2. Woow keren banget ceritanya, pengen juga sy jadi seorang Blogger.. oh ya hanya memberi tahu kalau yang memberi pengarahan foto di samping ibu kepala dinas itu ketua HPI namanya Pak Agus Salim.

    BalasHapus
  3. Woow keren banget ceritanya, pengen juga sy jadi seorang Blogger.. oh ya hanya memberi tahu kalau yang memberi pengarahan foto di samping ibu kepala dinas itu ketua HPI namanya Pak Agus Salim.

    BalasHapus
  4. Busyeeeettt aturannya kendaraan air yang mengangkut penumpang wajib ada life jacket... jadi inget naik kapal beginian 2 jam dari kalianget ke gili labak di Madura. Ombaknyaaaa booookkk... berangkat kering sampai pulau basah kuyup asin haha... eh tapi ada life jacketnya loh. Itu EO abal-abal ya mainin nyawa orang?

    Eh semacam sinetron ya ada bersambungnya... BILANGIN OM YOPIE BUAT NGAJAK SELEB BLOGGER JOMBANG bhuahahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Emang ada seleb blogger Jombang? oh yang suka DRAMA itu ya?
      Jangan suka ngomong "No Drama" ya kalo faktanya malah bertindak sebagai penulis skenario, aktor dan juga sutradaranya :)

      Salam chebox

      Hapus
  5. Ngalir banget ceritanya mas Indra.

    Sebuah realita yang ingin saya kenang tapi tak ingin terulang.

    BalasHapus
  6. Sudah standard setiap kapal angkut manusia dalam penyebrangan di dunia ini harus menyediakan life jacket. Kita tidak bergambling dengan nyawa manusia. Ini perjalanan nyebrang 4-6 jam dan kita nggak pernah tau cuaca akan berubah seperti apa.sedangkan baru saja terjadi beberapa hari yang lalu 21 Agustus 2016 kapal penyebrangan Tanjungpinang ke Pulau Penyengat Kepri (lokasi yang dekat dengan tempat tinggal saya dan Dian)yang hanya 10 menit saja nyebrang telah menelan nyawa lebih dari 10 orang karena perahu terhantam ombak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. semoga jadi pelajaran buat semua pihak yaa mbaaa..

      Hapus
  7. Hmmmm kaesang lelah ngebayangin kagak jelasan. Btw aku beberapa kali ke krakatau dan sempet terkena badai, itu veneran ombaak tinggi bikin mual dan takut tapi masih pegang life jacket tapi kalian tidak #Miris

    Semoga tahun depan, segala nya jadi lebih baik. Semoga panitia nya banyK belajar

    BalasHapus
    Balasan
    1. yaa gitulah kakak.... nama besar EO gak jaminan bisa urus acara perjalanan. hehehehe kapan kapan trip bareng sih kakak.

      Hapus
  8. Busyeeet acara sekaliber festival krakatau nyewa kapal gituan???

    Tenang bang,aceh juga pernah kejadian di tahun lalu hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahhaha...kapan kapan Aceh undang aku dong...

      Hapus
  9. Kapalnya kayak yang berangkat di pulau seribu kaaak, cuma saya lebih ramai.

    Btw salam kenal ya

    https://bukanrastaman.com/2014/09/02/menatap-jakarta-dari-sudut-wisata/

    BalasHapus
  10. Waaaa bersambung
    Saya mencium aroma ketegangan nih dipostingan berikutnya
    Lanjut kakaaaaak

    BalasHapus
  11. wakaka. curhat habis coi. Masukan yang bagus jika langsung disampaikan ke panitianya Mas. hihi. aku jg sering bgt kalau lagi trip dikejar2 waktu. dan itu lelah. kalau udah lelah, g bisa dipaksa buat nikmati perjalanan. jalan cerita di blog akhirnya ga MANJA (versi Cumi lebay). hehe. semoga kita selalu disayang Tuhan, meskipun lelah. tetap diberi umur panjang, sehat, rezeki berlimpah. aamiin. hehe. salam kenal nggih mas Indra

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih ....saya sudah sampaikan ke panitianya kok. apapun mondisinya saya menikmati perjalanan tapi tidak dengan pelayaran tanpa life jacket. dan cara Eo range fam trip yang sungguh gak profesional. nama besar EO tidak menjamin bagus ternyata.

      Hapus
  12. EO selevel Dyandra gak safety first? Hemmm... kayaknya belum pernah pegang Famtrip, terbiasa pegang event pameran dan konser aja. Bisa kena pasal tuh..membahayakan. Kalau aku ada disana, akan komplain habis2an dengan EO dan Pemda. Seharusnya kalau tidak ada life jacket, ya tidak berangkat... Ini nyawa, bukan mainan..

    BalasHapus
  13. Tanpa life jacket dan toilet.. hahaha kasian yang udah kebelet pipis ato pup tapi kudu nahan sampe 6 jam kemudian :D

    BalasHapus
  14. Wah seru sekali ya Bang. Alhamdulillah ya berakhir denganbaik. Semoga tahun depan pelaksanaannya lebih baik. Eh tapi ini tahun ke 25 atau 26 kan ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. usia acara 25 tahun, tetep aja miss dari EO. soale EO gak pake survey kali buat event. cara range Rundown aja kayak hayalan negeri dongeng.

      Hapus
  15. itu bukan kapal polisi air, itu kapal pemprov lampung yang baru, khusus buat wisata bahari.. teluk lampung ship namanya

    BalasHapus
  16. Hmmm, ikut prihatin atas insiden yang menimpa rombongan Om dan kawan-kawan blogger lainnya karena kekurangprofesionalan panitia (EO). Seharusnya pihak yang menghandle acara famtrip kayak gini adalah pihak yang paham lapangan, dan semestinya pemda lebih percaya diri untuk mandiri mengelola acara ini...

    Di sisi lain, saya ikutan tegang baca ini.... :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih mas rifqy berkenan simak kisah saya dan teman teman. begitulah adanya. EO memang sedang menguji kami. dan kami lolos dari reality show fear factor hahahahah

      Hapus

Scroll To Top