Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Sabtu, 21 April 2018

PEREMPUAN PENGUNDUH DAMAR, KARTINI MASA KINI DARI PESISIR BARAT



Sosoknya mencuri perhatian saya.  Dua perempuan berada dalam kerumunan puluhan lelaki.  Saya langsung mendekati dua perempuan tersebut.  Senyum hangat mereka menyambut kedatangan saya. Hilang rasanya lelah badan usai berkendara sejak pagi plus kesasar berkali-kali. Untung ada rekan Aries yang berkenan memandu arah.  Pagi itu saya bersama ketiga rekan  tiba di pekon (desa) Rawas – Krui. Untuk menghadiri  acara Ngunduh Damar yang digelar dalam rangka Festival Teluk Stabas 2018 – event pariwisata tahunan kabupaten Pesisir Barat. 

suasana ramai di Repong (kebun) Damar - pekon (desa) Rawas - Krui - Pesisir Barat - Lampung.


Puluhan warga  telah memadati repong damar (kebun damar). Puluhan peserta pun telah siap dengan beragam peralatan pendukung dari aktivitas ngunduh (memanen) damar. Acara Ngunduh Damar yang saya hadiri kali ini memang tak semeriah gelaran serupa di tahun sebelumnya. Tapi menyaksikan aktivitas pengunduh damar selalu membuat saya antusias.  Sementara panitia mendata peserta, saya mendekati dua perempuan yang sosoknya menarik minat saya. “wah, ibu-ibu ikutan ngunduh damar juga?” sapa saya berbasa-basi. Mereka tersenyum simpul. “sudah sering ngunduh damar?” tanya saya kemudian. “sudah puluhan tahun bang…” ucap perempuan yang memegang topi merah. “memang kerjaan saya bang. Buat biaya sekolah anak-anak.” terang perempuan berkerudung hitam. Semakin saya kagum pada dua sosok perempuan didepan saya.

Saya jadi ingat pada teman kuliah dulu. Ia sosok pintar dari Lampung Barat yang menempuh kuliah berkat usaha damar orangtuanya. Dahulu  Pesisir Barat masih jadi bagian dari Lampung Barat. Tak heran bila pohon damar kerap  disebut sebagai pohon harta.  Karena keberadaan pohon yang kokoh itu dapat terus menghasilkan getah yang dapat memenuhi perekonomian keluarga.

dua perempuan tangguh diantara puluhan peserta pria.

Kembali pada sosok dua perempuan  pengunduh damar yang saya temui.  Mereka adalah ibu Hermi Yanti (mengenakan kerudung hitam) dan ibu Nur Salma (mengenakan topi merah saat ngunduh damar). Keduanya berasal dari pekon (desa) Penengahan Laay  kecamatan Karya Penggawa. Mereka bukan saudara kandung. Keduanya saling kenal karena menekuni profesi sebagai pengunduh damar sejak puluhan tahun silam. Bahkan ibu Hermi Yanti telah menjalani aktivitas ngunduh damar sejak ia masih lajang.  Melakukan bincang ringan pada kedua perempuan tersebut bagai proses pemanasan sebelum menyaksikan atraksi mereka nantinya. Selain saya emang seneng ngobrol sama ibu-ibu, hahahah.

wujud getah damar pada lubang lubang pohon damar
bersama Aldi dan Koko rekan seperjalanan - minus Rio yang masih dalam kendaraan (takut nyamuk!!, wkwkw)


BUDAYA NGUNDUH DAMAR DI PESIBAR

Ngunduh damar merupakan aktivitas yang sangat lekat dengan masyarakat Pesisir Barat.  Bahkan telah menjadi bagian dari budaya masyarakat Lampung Pesisir di kabupaten Pesisir Barat.  Pohon damar yang tingginya mencapai 50 meter itu memang mudah ditemui dikawasan Pesisir Barat. Terutama dalam kawasan perkebunan.  Bentuk pohon yang tegak menjulang mencuri perhatian banyak orang.

Disetiap pohon damar terdapat lubang-lubang yang memang menjadi tempat menetesnya getah damar. Selain itu, lubang yang dibuat di pohon damar juga berfungsi sebagai pijakan para penderes getah damar  saat naik ke bagian atas pohon damar. Nah,  getah  dari pohon damar itulah yang diambil oleh para pengunduh damar. Bentuk getahnya yang bening  seperti lem tembak itu merupakan daya tarik utama dari pohon damar. Selain batang pohon yang kerap dijadikan bahan baku perahu karena wujudnya yang besar dan panjang tetapi memiliki bobot yang terbilang ringan.

Getah damar di Pesisir Barat tergolong dalam  getah damar mata kucing (Shorea Javanica). Selain  jenis getah damar batu dan damar kopal yang tersebar di Sumatera Selatan, pulau Kalimantan, Sulawesi hingga Papua.  Getah damar  jenis mata kucing yang menggumpal bagai bongkahan Kristal tersebut menjadi bahan baku untuk membuat cat, plastik, tinta, korek api, vernis hingga kosmetik.

Ibu Nur Salma yang cekatan menderes getah damar

piawainya ibu Helmi Yanti mengunduh damar dari setiap lulbang di pohon damar

CARA NGUNDUH DAMAR

Ibu Hermi Yanti dan ibu Nur Salma bergegas menuju pohon damar yang telah di tentukan begitu panitia menyatakan lomba Ngunduh Damar dimulai. Ibu Hermi mendekati pohon damar di pinggir jalan kebun damar, sedangkan ibu Nur bergegas menuju pohon damar berukuran besar dibagian dalam kebun.

Saya mengikuti ibu Nur Salma terlebih dahulu. Melihat perawakannya, ibu Nur Salma tampak lebih muda usianya ketimbang ibu Hermi Yanti. Ia tampak gesit menerobos rerumputan dan tiba dengan cepat ke pohon damar yang ia pilih. Dengan cekatan ibu Nur mengeluarkan alat untuk mengunduh getah damar.
Getah-getah damar yang berada di lubang pohon damar tersebut diambil dengan menggunakan mata patel.  Ibu Nur Salma dan para penderes getah damar lainnya  menggunakan mata patel untuk menggali ceruk atau lubang yang berisi getah damar.

Ibu Hermi  dan Pengunduh Damar lainnya menggunakan Ambon atau Alit - rotan panjang yang berfungsi sebagai alat pengaman saat Menderes Damar sekaligus alat naik kebagian puncak pohon Damar.
tak mau ketinggalan. Papa Zack yang Hits juga ikutan coba coba naik pohon Damar. Mayan Broh!!!
 
Bagi pengunduh damar yang ingin kebagian atas pohon, mereka menggunakan alat yang disebut Ambon atau Alit – yakni berupa anyaman rotan panjang yang berfungsi sebagai tali pengikat tubuh pada pohon dan kemudian jadi sarana pengunduh damar naik ke bagian puncak pohon dengan cara menggeserkan Ambon atau Alit tersebut keposisi yang dikehendaki.

Upaya pengunduh damar mengumpulkan getah dari pohon damar terbilang cekatan. Mereka mengambil getah disetiap lubang pada pohon, lalu  menadahnya dengan alat yang disebut Tembilung sebelum nantinya dimasukkan dalam  Bebalang – wadah besar yang  telah disiapkan dibawah pohon damar dan nantinya dibawa dibelakang pundak saat meninggalkan kebun damar.

piawainya Pria pria saat Ngunduh Damar


 PERJUANGAN  KARTINI MASA KINI

Saat melihat ibu Hermi Yanti, saya semakin  kagum padanya. Ia dengan cekatan beranjak kebagian atas pohon menggunakan Ambon atau Alit. Sesekali ia berkenan tersenyum ketika saya memintanya untuk keperluan photo. Yang menarik ibu Hermi menderes getah damar menggunakan tangan kiri.  Si Ibu kidal.  Ibu Hermi begitu tekun mengambil bongkahan getah damar.  Karena penilaian dari lomba terletak pada berat getah damar yang diperoleh setiap peserta.  Mata saya terkagum-kagum pada semua  pengunduh damar yang cekatan.  Sungguh mahir mereka. Terbayang usaha yang mereka lakukan sebagai pengunduh getah damar untuk membiayai sekolah anak-anak mereka.  Keterlaluan bila si anak tidak tekun belajar, sedang usaha para orang tua ngunduh  getah damar tidaklah mudah. Ada perjuangan sekaligus bertaruh nyawa dalam proses mengunduh damar. Khawatir mereka terjatuh saat sedang asik mengunduh damar.   Saat  menyaksikan aksi dua perempuan yang cekatan dihadapan saya.  Sungguh saya mengagumi upaya gigih dua perempuan tersebut. Mengunduh damar sejak dahulu demi biaya sekolah anak anak mereka. Termasuk  partisipasi mereka dalam perlombaan ngunduh damar  yang didominasi para pria pun karena berharap mendapat hadiah yang kelak mereka gunakan untuk keluarga.

Perempuan bekerja dan berkarya sesuai dengan bidang mereka adalah bentuk dari perjuangan para perempuan masa kini. Selayaknya kita mengapresiasi usaha mereka. Apapun bentuknya. Perempuan pekerja adalah bentuk nyata dari Kartini masa kini.

6 komentar :

  1. Luar biasa ibu itu bang. Walaupun wanita dia tetap bersemangat untuk mengikuti lomba Ngunduh damar. Dan fokus saya cuman ke ibu itu waktu lomba pengunduhan damar

    BalasHapus
    Balasan
    1. yes... emansipasi pun terjadi di Pesisir Barat . patutu di apresiasi.

      Hapus
  2. Aku pikir selama ini yang mengunduh damar itu kaum laki-laki. Image ku selama ini yang memanjat manjat itu pekerjaan laki-laki. Ternyata di pesisir barat itu tidak berlaku Ya setidaknya pada industri Damar

    BalasHapus
    Balasan
    1. yes mbaa..mereka sangat tangguh dan kuat tenaganya naek naek pohon damar yang besar dan tinggi menjulang itu. kagum deh sama emak emak masa kini.

      Hapus
  3. Asik ada aku makasih om Indra sudah take foto, fotografer handal....

    BalasHapus
    Balasan
    1. yeeyy...sayang kemarin kita tak photo bareng yaaaa...

      Hapus

Scroll To Top