Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Selasa, 26 Februari 2019

PROGRAM SERIBU SERAGAM SEMANGAT UNTUK ANAK-ANAK BANTEN



 
…“Alone We can do so little, together We can do so much”…
Untaian kata penuh makna Helen Keller tersebut begitu terbukti. Bukan sekedar kata yang memotivasi diri tetapi mampu menyemangati seluruh personal dalam sebuah tim.  Maka makna kalimat Helen Keller tersebutlah yang sekiranya pantas menggambarkan  pelaksanaan dari program Seribu Seragam untuk anak-anak Banten besutan All Community For Humanity (ACFH).

Banner Promo Gelaran pada awalnya, 200 paket Seragam Sekolah.

Setelah program penyaluran bencana bagi korban terdampak tsunami Selat Sunda di wilayah Banten dan kawasan Pesisir  Lampung Selatan terlaksana secara serentak pada pertengahan Januari 2019 lalu, All Community For Humanity (ACFH) kembali bergerak untuk berbuat sesuatu bagi para penyintas.  Mas Anton sebagai penggawa ACFH mengusulkan untuk program bantuan yang menyentuh dunia pendidikan. Akhirnya disepakatilah bantuan berupa seragam sekolah bagi anak-anak Sekolah Dasar yang berada dalam kawasan terdampak bencana di Banten.

Penyebarluasan informasi pun di lakukan serentak usai kesepakatan akan tajuk program dan pelaksanaan gelaran.  Tanggal 23-24 Februari 2019 adalah waktu yang di pilih untuk pelaksanaan program bantuan seragam untuk anak-anak di Banten tersebut. Target 200 seragam sekolah merupakan acuan awal untuk para donatur. Penetapan angka 200 seragam pun di lakukan mengingat jarak pelaksanaan program yang terbilang dekat dari gelaran sebelumnya. Hanya ada waktu 1,5 bulan bagi segenap tim dalam All Community For Humanity untuk mengumpulkan donasi sebanyak-banyaknya agar target 200 seragam anak sekolah terpenuhi.


Seiring waktu, seluruh komponen dalam tim ACFH pun bergerak menyebarkan informasi gelaran pada semua pihak. Tak heran bila lapak media sosial seluruh tim ACFH selalu diwarnai dengan promo gelaran Seragam Sekolah Anak Banten.  Tak sebatas partisipasi aktif dari seluruh komunitas drone yang terhimpun melalui komando mas Anton tetapi kemudian melibatkan GA.Circle – komunitas besutan para pekerja di Garuda Indonesia. Keterlibatan GA.Circle dalam gelaran ACFH berkat saran kak Kent yang merupakan bagian dari ACFH dan juga GA.Circle.  Kolaborasi positif pun terjadi.

Semakin meluasnya pemberitaan ternyata semakin menguntungkan bagi pelaksanaan program. Terbukti program pengumpulan seragam untuk anak sekolah di Banten mendapat dukungan dari Backs Apparel.  Adalah mas Taufik – pemilik dari Backs Apparel menghubungi mba Tati dan menyerahkan 20 karung berisi seragam sekolah bukan hanya seragam SD tapi terdapat juga seragam SMP, SMA hingga Madrasah. Dan setelah di hitung total dari 20 karung pemberian mas Taufik terdapat lebih dari 900-an potong seragam.  Sehingga terkumpullah 1.200 seragam untuk anak SD, SMP, SMA dan Madrasah yang terhimpun dari Tim ACFH, GA.Circle, Komunitas Drone, Backs Apparel dan beberapa donatur lainnya.
Terbukti, bila kita berkolaborasi segala sesuatu akan semakin lebih berarti. 

adik adik di SD Negeri Teluk 3

TANDANG 4 LOKASI DALAM 1 HARI

Tiba waktu pelaksanaan, seluruh relawan yang terlibat dalam gelaran pun berkumpul.  Beberapa rekan dari GA.Circle datang bersama kak Kent pada 22 Februari malam. Termasuk saya dan Derry.  Kediaman mba Tati di Cilegon jadi basecamp bermalam seluruh team sebelum menuju lokasi acara pada keesokan paginya.

Briefing persiapan dan pembagian tugas pun berlangsung setelah seluruh relawan yang terlibat berkumpul. Rekan-rekan GA Circle yang hadir bukan sekedar membawa donasi tetapi juga berkenan menjadi relawan dalam gelaran kali ini.  SD Negeri 2 Caringin  adalah tujuan pertama kami menyerahkan seragam sekolah.  Selain menyerahkan seragam sekolah, rekan-rekan GA Circle pun memberi beberapa kegiatan edukasi pada anak-anak SD 2 Caringin melalui beberapa permainan hingga aksi pungut sampah bersama.  Jaka dan rekan-rekan GA.Circle sungguh piawai mengendalikan anak-anak.

Permainan edukasi
Selain SD Negeri 2 Caringin, pemberian bantuan seragam sekolah juga berlangsung di SD Negeri Teluk 3 yang terletak di jalan Karet, desa Teluk kecamatan Labuan – Pandeglang.  Di sekolah ini terdapat banyak anak-anak yang merupakan korban dari bencana tsunami. Saya sempat tercekat haru saat berkenalan langsung dengan kakak dan adik yang selamat dari bencana tsunami meski kehilangan kedua orang tua mereka.

Beranjak siang, kunjungan ke Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) Mathlaul Anwar yang berada satu gedung di jalan Perikanan 1 desa Teluk, Labuan – Pandeglang jadi lokasi ketiga kami menyalurkan bantuan. Di lokasi ini kami tak hanya menyapa seluruh siswa dan membagikan seragam saja tetapi juga memberikan buku Iqra, peci dan kerudung pemberian donatur untuk para siswa siswi Madrasah.

 
penyerahan bantuan di MI dan MDA Mathlaul Anwar.

Usai makan siang dengan hidangan laut nan lezat,  kami sempat kumpul di teras masjid untuk menyortir baju seragam sebelum sebagian rombongan menuju desa Sumur. Karena ada sebagian dari tim GA.Circle yang tidak mengikuti pelaksanaan kegiatan di hari kedua karena harus kembali ke rutinitas di Jakarta. Perjalanan menuju desa Sumur memakan waktu 2 jam. Melalui kawasan Tanjung Lesung dan beberapa pemukiman warga yang terkena dampak tsunami Selat Sunda. Miris rasanya melihat kawasan yang dahulu terkenal dengan ramainya para pelancong tersebut, kini mendadak sepi dan menyisakan kerusakan bangunan. Suasana lengang pun nampak sepanjang perjalanan yang kami lalui menuju kawasan desa Sumur.

Usai menaklukkan badan jalan nan aduhai plus sepi tanpa penghuni, kami tiba di desa Sumur.  Sore itu kami langsung tandang ke SD Negeri Sumberjaya 1 jalan Raya Pulau Uamng Resort Kampung Sumur – desa Sumberjaya, kecamatan Sumur – Pandeglang.  Meski aktivitas belajar mengajar telah usai, namun kami masih bertemu puluhan siswa siswi yang masih berkegiatan di dalam bangunan sekolah.  Sempat berinteraksi dengan anak-anak termasuk memberikan beberapa makanan dan susu UHT pemberian donatur sebelum pemberian bantuan yang di serahkan simbolis pada pengurus sekolah.  Senja menyapa kami di desa Sumur. Terlihatlah runtuhan bangunan akibat sapaan tsunami. Pemukiman warga yang bersinggungan langsung dengan bibir pantai tersebut kini rata tanpa sisa.  Tak sanggup rasanya membayangkan kala peristiwa itu terjadi.

pembagian susu UHT di desa Sumur.
  MENGENAL UJUNG KULON

Senja beranjak gelap  saat kendaraan yang kami tumpangi melaju di antara beragam tipe badan jalan ; berlubang, berlumpur, berkerikil, hingga jenis jalan bak areal persawahan. Lengkap!. Puas rasanya menikmati sajian jalan dari pemerintah daerah Pandeglang – Banten. Sama puasnya dengan menyantap sajian hidangan laut nan lezat. Usai jarak tempuh 2 jam dari kawasan Sumur kami  tiba di desa Pendey. Tujuan kami ke desa Pendey adalah untuk bermalam di rumah Sersan Gonon sebelum menuju kampung Cimenteng yang menjadi lokasi penyerahan bantuan terakhir pada esok hari. Begitu baik Sersan Gonon dan Istri yang berkenan kediamannya ditempati oleh kami. Termasuk memberikan kesempatan pada saya dan teman-teman menggunakan dapur untuk masak hidangan makan malam kami. Yup, saya sempat memasak  pindang simba dan cumi rica-rica setelah segala bahan bakunya di beli oleh mba Baiti dan kawan-kawan di pasar Sumur. Soal rasa masakan saya?, yaaa lumayan laah… hahaha.
 
pembagian bantuan pada anak-anak di kampung Cimenteng

Melengkapi pelaksanaan program Seragam Semangat Anak Banten, kami mengunjungi kampung Cimenteng, desa Taman Jaya di hari kedua. Kampung Cimenteng adalah salah satu desa yang dekat dengan lokasi Taman Nasional Ujung Kulon.  Tak terbanyang bisa menjejakkan kaki di area Ujung Kulon setelah sekian tahun hanya mengetahuinya dari buku sejarah. Di kampung Cimenteng, kami tak hanya memberikan seragam sekolah pada anak-anak SD, SMP dan SMA saja tetapi juga memberikan beragam bahan makanan, susu UHT, mainan anak, buku bacaan anak hingga sembako bagi ibu-ibu yang berasal dari beragam donatur.  

penyerahan seragam pada anak anak di kampung Cimenteng
 
kebersamaan di kampung Cimenteng
Sungguh kebahagiaan bagi kami para relawan kala melihat wajah polos anak-anak dengan senyum yang mereka pancarkan. Hilang rasanya lelah menyusuri jalan berkendara ratusan kilometer selama berjam-jam. Antusias dan senyum mengembang dari setiap wajah yang kami temui adalah bayaran tertinggi dari kesediaan diri sebagai relawan.  Semoga setiap personal yang terlibat terus di beri kekuatan dan kesehatan oleh sang Pencipta agar mampu menjadi bagian dari upaya meringankan beban kesedihan para penyintas. Dan semoga, bencana tak lagi menyapa semesta.

5 komentar :

  1. Luar biasa om indra tulisannya dan salut untuk om indra yg telah menjadi relawan kemanusiaan blm tentu semua org bisa apa yg om indra lakukan, bravo..

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih mas ZuL yang juga berkenan jadi bagian dari gelaran di Banten kali ini ... salut juga pada mas Zul...

      Hapus
  2. Balasan
    1. terima kasih mas Anton baek dan super inspiring Kece Bana Bana

      Hapus

Scroll To Top