Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Jumat, 13 Juni 2025

PASAR TEMATIK WISATA JELAJAH DANAU RANAU LAMPUNG BARAT

 

Pasar Tematik Danau Ranau Lampung Barat

Tahun 2017, kali terakhir saya tandang ke Danau Ranau Lumbok Seminung, Lampung Barat. Bahkan seingat saya, beberapa tahun sebelum 2017 juga pernah singgah. Tujuan utama tentu menikmati bentangan Danau Ranau yang tenang. Meski kala itu secara fasilitas terbilang terbatas. Bahkan saya punya pengalaman ‘seram’ kala bermalam di hotel yang ada dalam Lumbok Seminung Danau Ranau Lampung Barat. Tapi itu dulu. Berbeda dengan kesan yang saya dapat kala tandang ke Danau Ranau di Lumbok Seminung pada Juni 2025. Telah tersaji Pasar Tematik Wisata Jelajah Danau Ranau yang wajib masuk dalam daftar kunjungan kamu.

Letak dari Pasar Tematik Danau Ranau . Take Drone by Angkasa Project.Rasyid.

 
Wujud Gunung Seminung yang gagah dan letak Pasar Tematik di Kaki Gunung Seminung dan hamparan Danau Ranau yang memukau.


Mata saya berbinar bahagia ketika memasuki bagian muka dari Lumbok Seminung. Bentangan Danau Ranau bersanding cantik dengan gagahnya Gunung Seminung pada bagian kanan dan hamparan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) pada bagian kiri. Berulangkali saya berdecak kagum. Mensyukuri pesona ciptaan Tuhan. Lumbok Seminung merupakan nama salah satu kecamatan dalam kabupaten Lampung Barat. Satu per tiga dari luas Danau Ranau masuk dalam kecamatan Lumbok Seminung kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung.  Sisanya masuk Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan (OKUS), Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel). Di OKUS Danau Ranau secara administratif ada di tiga kecamatan, yakni Warkuk Ranau Selatan (Waras), Buay Pematang Ribu Ranau Tengah (BPRRT), dan Banding Agung.

 

penataan Pasar Tematik yang menarik


Wisata Jelajah Danau Ranau dalam Pasar Tematik.

Pusat Souvenir yang juga tersedia dalam kawasan Pasar Tematik.

 

Saya dan teman-teman memang merencakan tandang ke Pasar Tematik Wisata Jelajah Danau Ranau pada sore hari. Tujuannya karena ingin menikmati Sunset dengan pesona bentangan Danau Ranau dan Gagahnya Gunung Seminung. Semacam paket komplit dari sebuah perjalanan. Maka, setelah membayar Rp.5.000,-/orang kami meletakkan kendaraan di area parkir pada depan dari Pasar Tematik, suasana pun terasa berbeda. Tak lagi seperti kunjuungan terakhir saya di 2017 silam. Segala yang terlihat menjadi berbeda dan  jauh lebih indah.

 

 

.

 

Penamaan Pasar Tematik bertujuan sebagai pengembangan kawasan melalui beberapa tema atau fokus  tertentu yang kelak akan menjadi ikon dari kawasan Pasar Tematik Lumbok Seminung Danau Ranau. Diantara tema atau fokus yang dikembangkan dalam kawasan ini tentu beragam produk unggulan dari para perajin dan UMKM Lampung Barat. Itulah mengapa kawasan ini bernama Pasar Tematik.  Selain sektor perdagangan, Pasar Tematik juga mengusung tema ‘Wisata Jelajah Danau Ranau’ sebagai tema Pariwisata hingga tema Seni dan Budaya yang kelak akan menjadi daya tarik dari Pasar Tematik Danau Ranau Lampung Barat.

 

spot Instagenic berlatar Gunung Seminung.

Maka sore itu, keinginan saya dan teman-teman untuk menikmati waktu senja di Pasar Tematik yang telah dimulai pembangunan pada Januari 2025 tersebut benar-benar terwujud dan sesuai rencana. Cuaca cerah menemani perjalanan kami. Bentangan alam semakin indah terlihat. Penataan yang apik langsung terlihat ketika saya dan teman-teman melangkahkan kaki menikmati penataan dari Dermaga Tematik Wisata hingga letak anjungan bersantai yang memanjakan mata. Tiang-tiang lampu menambah romantisme suasana. Seolah menyambut kedatangan pengunjung sore itu. Benar-benar jadi sore yang nyaman. Tak begitu banyak pengunjung datang karena saat itu kami memang merencanakan tandang di Rabu sore. Jangan tanya bila akhir pekan atau masa liburan datang.  Tentu ada banyak pengunjung yang tersebar dalam kawasan Pasar Tematik Danau Ranau Lampung Barat. Harap maklum bila foto atau video estetik kalian terganggu.


 
Area Duduk Pengunjung menyaksikan pertunjukan di panggung utama

panggung utama dalam area Pasar Tematik

Saya membayangkan ada pertunjukan music Jazz atau Konser artis ibukota di panggung ini dengan Danau Ranau sebagai backgroud Panggungnya.


Sore yang tenang kami gunakan untuk mendatangi setiap sudut Pasar Tematik. Melihat lebih dekat. Merasakan suasana lain yang seolah berubah sejak adanya penataan yang kekinian. Terdapat panggung dan gelanggang terbuka yang sangat cocok untuk beragam jenis acara atau pertunjukan seni budaya daerah. Lalu ada pula Dermaga yang di siapkan untuk pengunjung melakukan eksplorasi Danau Ranau. Beberapa nelayan terlihat lalu lalang di Danau Ranau sore itu. Suasana matahari terbenam semakin menghilang, menyisakan temaram yang semakin bersahaja bersatu dengan kilap lampu yang berjajar rapih disepanjang selasar yang begitu instagenic!.

 

Cottage berbentuk Segitiga yang letaknya di bibir Danau dengan view ke Gunung Seminung Langsung.

perCottage bisa di huni 2-3 orang dengan kasur tambahan.




Malam semakin menyenangkan ketika kami menghabiskan waktu bermalam di Cottage berbentuk segitiga yang berada dekat dengan bibir Danau Ranau dan berseberangan langsung dengnan wujud Gunung Seminung. Selain 5 bangunan Cottage berbentuk segitiga terdapat pula Cottage yang berukuran lebih besar yang letaknya dengan area Food Court.

Dalam temaram cahaya kami menikmati moment malam bersama. Sajian ikan Nila Ranau dan sambal terasi jadi menu makan malam yang menambah suasana semakin istimewa. Jadilah malam yang berkesan. Suasana hening dan tenang kala bermalam di Pasar Tematik Danau Ranau menjadi sangat berharga bagi kami yang hampir seluruh aktivitias penuh dengan hiruk pikuk.

 

bahagianya Saya dan teman-teman menikmati sore di Pasar Tematik Danau Ranau

Bagian depan setelah Loket Karcis pengunjung

Ornamwn Wujud Ikan Nila Ranau terpajang pada setiap bagian pagar batas. Sentuhan Lokal yang menarik.

 

Beberapa saran dari Saya pribadi untuk Pengunjung, Pengelola dan pihak terkait dengan keberadaan Pasar Tematik Danau Ranau Lampung Barat ;

1.      Hadirnya Pasar Tematik ini menjadi tanggungjawab semua pihak. Baik Pengelola hingga Pengunjung. Wajib bagi pengunjung mengindahkan papan arahan atau peringatan yang telah terpasang di area Pasar Tematik. Pengunjung juga wajib membuang sampah pada tempatnya karena telah tersedia banyak tempat sampah. Yang tak kalah penting, Pengunjung tidak membuat aturan sendiri dengan berjalan, memanjat pagar dan dinding pembatas seenaknya. Budayakan mengikuti arahan dari pembuat kawasan.

2.      Pengelola perlu maintenance dengan baik. Hadirnya panggung dan area Pengunjung menonton juga wajib di perhatikan keamanan seperti finishing pembangunan agar tidak membahayakan pengunjung.

3.      Sebagai penyuka Kopi Lampung Barat saya merasa kecewa dengan sajian Kopi dari Food Court yang menurut saya hanya kopi bubuk biasa. Baiknya benar-benar disajikan Kopi dengan proses penyeduhan yang sesuai sehingga kulitas Kopi Lampung Barat juga tersaji dengan tepat.

4.      Perlu penataan jenis makanan dan minum yang lebih rapih di area Food Court karena masih terkesan seperti jualan di kantin pada umumnya. Perlu penataan akan jenis dagangan hingga bentuk sajian ke pelanggan. Harapan saya penataan yang lebih rapih.

5.      Kondisi Toilet perlu di maintenance berkala guna menjaga kebersihannya. Tak semua Pengunjung sadar diri menyiram setelah buang air di toilet.

6.      Semakin menarik jika dijadwalkan secara berkala pertunjukan Seni Budaya Daerah yang dikemas dengan baik dan serius. Karena Area Panggung Terbuka pada Pasar Tematik dengan hamparan Danau Ranau sebagai Backgroud panggungnya jadi daya tarik tersendiri. Karena bila dibuat jadwal pertunjukan tematik pada hari hari tertentu akan menjadi daya tarik kunjungan. Bila perlu gelaran acara-acara tahunan Lampung Barat pindahkan ke Panggung Utama Pasar Tematik. Beberapa rangkaian acara Festival Skala Brak atau Pemilihan Muli Mekhanai Lampung Barat misalnya.

7.      Untuk Pilihan lagu/music/backsound atau instrumental yang di putar di dalam kawasan Pasar Tematik baiknya sesuaikan dengan suasana dan setting-an Pasar Tematik yang sudah sangat kekinian. Pilih backsoud music yang tenang, bisa petikan gitar tunggal atau jenis instrument yang buat suasana nyaman. Bukan musik Remix, Koplo jedam jedum di tengah terik matahari atau di tengah malam yang tenang dan romatis.

8.      Saat malam, ada beberapa bagian yang penerangannya kurang hingga peletakan lampu jalan yang tergolong mengganggu langkah pengunjung.

9.      Perlu juga di perhatikan kesediaan akses pengunjung berupa tangga-tangga yang tersedia menjadi sarana penting yang memudahkan langkah kaki dari satu bagian ke bagian lainnya. Solusi untuk ulah nekat pengunjung yang memanjat pagar pembatas hanya untuk cari jalan pintas.

10.  Aktivitas menangkap ikan Nila atau menjaring, memasang keramba dan kegiatan nelayan pada desa yang dekat dengan letak Pasar Tematik dapat jadi daya tarik tambahan bagi pengunjung yang bermalam. Pengembangan ke arah terciptanya banyak minat pengunjung wisatawan sangatlah diperlukan.

Informasi mengenai Fasilitas Pasar Tematik hingga jadwal berlibur dan bermalam dapat menghubungi Sekretaris POKDARWIS Pasar Tematik Danau Ranau Lampung Barat – Mas Anggri ; 081368857486


Kamis, 05 Juni 2025

SENSASI MENDAKI PUNCAK GUNUNG RAJABASA LAMPUNG SELATAN.

 



Saya sering berencana mendaki gunung.  Seingat saya dalam setiap obrolan bareng temen-temen traveling selalu terucap rencana buat trekking ke puncak gunung. Mulai dari keinginan ke Prau meski pernah sampai ke Dieng hingga ingin taklukkan Semeru gegara film 5cm dan pengen ke Rinjani meski cuma sampai di Sembalun.  Namanya juga obrolan rencana. Sampai akhirnya obrolan receh di kedai kopi justru tak lagi sekedar wacana. Tapi benar terjadi.!!

 

Sabtu, 31 Mei 2025, Saya dan rekan-rekan ; Jerry, Lucky, Azizil dan Reza sampai di desa Sumur Kumbang. Jalur yang paling banyak dilalui pendaki pada umumnya. Meski menurut informasi ada beberapa akses yang juga kerap digunakan pendaki menuju  puncak Gunung Rajabasa, diantaranya melalui rute desa Kecapi, desa Sukaraja Pesisir dan desa Way Kalam Penengahan. Saya  juga sempat tanya-tanya soal rute trekking ke Farhan Pankey yang pernah tandang ke Gunung Rajabasa.  Berbekal arahan dan keyakinan serta sedikit banyak lihat ulasan beberapa kawan yang pernah ke puncak Gunung Rajabasa itulah menguatkan keinginan saya dan rekan-rekan untuk melakukan pendakian.  Let’s Go!!!

 

Photo bersama  di depan rumah warga tempat kami menitipkan kendaraan sebelum Trekking


PERSIAPAN DAN INSIDEN DIAWAL PENDAKIAN

 

Beberapa jam sebelum pendakian dimulai, saya dan rekan-rekan sempat makan siang nasi padang di kota Kalianda sembari bungkus nasi dan lauk pauk matang untuk bekal saat bermalam di gunung. Bahkan Lucky dan Jerry sempat singgah di warung membeli beberapa jenis makanan ringan dan mie instan. Setidaknya saya dan rekan-rekan punya persediaan logistik yang lumayan selama melakoni pendakian. Maka setelah menitipkan kendaraan dekat dengan bangunan Sekolah Dasar di desa Sumur Kumbang kami langsung melangkah menuju letak dimulainya rute pendakian. Rute pendakian bermula dari  jalan perkampungan hingga letak Teropong Kota – spot bersantai yang pernah hits pada masanya. Sekarangpun masih oke meski kondisi nampak usang dan lebih terlihat sebagai tempat penitipan kendaraan bagi para pendaki yang hendak ke puncak gunung Rajabasa.  Semangat yang kami punya pun tak main-main. Meski pendakian ke puncak gunung Rajabasa terbilang perdana bagi kami, tapi kami yakin untuk mengikuti rute yang menurut informasi termasuk mudah karena tersedia penunjuk arah. Maka tidak pula kami meminta bantuan pemandu atau warga lokal. Hanya bermodal yakin dan pasti bertemu sesama pendaki dalam perjalanan. Tapi insiden tak dapat terelak. Saat berada dekat spot Teropong Kota, Reza memulai cerita perjalanan dengan muntahan yang sempat buat saya tak mau melihat ke arah Reza. Kami sepakat berhenti sejenak dan memberi waktu pada Reza untuk  jeda dan meminum TolakAngin. Setelah dirasa membaik, Reza akhirnya dapat meneruskan perjalanan. Tapi insiden berlanjut. Tak berselang lama, Saya merasakan serangan hebat pada perut yang membuat saya harus merebahkan badan. Saya meminta waktu untuk berbaring di tanah menenangkan perut yang terasa mual meski tidak muntah seperti Reza.  Rasanya langit berputar-putar. Sepertinya hidangan makan siang berupa gulai tunjang dan sambal yang pedas tidak begitu diterima dengan baik di perut saya. Sementara kondisi badan yang telah dipaksa berjalan menanjak sejak dari rumah warga tanpa ada peregangan otot terlebih dahulu. Badan saya kaget. Sekujur tubuh seolah bertanya pada saya ; ‘kami disuruh apa ini pak Indra?’,  secara badan ini tak pernah trekking sebelumnya. Juga tak pernah ada olah raga yang mengarah akan digunakan untuk berjalan kaki menanjak.

Sepertinya badan saya tergeletak di tanah tergolong lama. Hingga mata saya dapat menangkap ekspresi wajah rekan-rekan  yang menunggu kondisi badan saya lebih baik. Dengan segala kesadaran diri saya memohon maaf pada rekan-rekan hingga membuat mereka menunggu saya tersadar dan kembali mampu berjalan. “Kak Indra sanggup?” tanya Lucky memastikan. Saya memberi kode oke. Badan memang merasa gentar dalam puluhan meter jalan menanjak. Tapi jiwa raga saya seribu persen ingin menaklukkan sesuatu yang tidak mungkin buat diri  ini. Tak ada pilihan lain. Badan sudah sampai di permulaan, maka wajib saya selesaikan segalanya sampai akhir. Bismillah.

 

photo bareng Broh Delta, jumpa di perjalanan Trekking. 

Surprised!!,  ketemu ShaqiLa di POS 1 yang baru selesai sampai Puncak.


PERJALANAN DAN PERTEMANAN.

 

Perlahan kami bergerak.  Pukul 1 siang kala itu. Sesekali saya pandangi wajah rekan-rekan yang tetap memupuk semangat meski kadang perlu jeda sesaat untuk menarik nafas yang terengah-engah dan fikiran yang entah sedang berpendar kemana. Buat saya, tak ada pilihan lain selain menikmati segala yang saya dapati dalam perjalanan.  Sesekali saya merekam moment melalui tatapan mata, karena ponsel banyak saya taruh dalam ransel. Tujuannya hemat daya. Tak ada pilihan lain, selain menikmati perjalanan.  Mulai dari kontur jalan, tumbuhan sepanjang perjalanan, hewan yang ditemui dalam perjalanan, menatap dekat tanaman perkebunan, mengurai waktu dengan obrolan receh yang bisa jadi bahan tertawa bersama sebagai upaya menguatkan langkah kaki. Seolah hiburan istimewa meski tulang kaki berteriak. Untungnya, kawan-kawan saya yang masih muda belia tidak keberatan bila saya meminta istirahat jika dirasa lelah tak terelakan. “Kalau capek, kita istirahat bentar. Jangan dipaksa. Gak perlu sungkan bilang yaa…” Jerry mengingatkan seolah menjadi pemimpin regu buat kami. Untuk urusan stamina, Jerry memang paling bisa diandalkan. Diantara saya dan kawan Trekking, Jerry memposisikan dirinya di bagian depan dan saya yang selalu menginstruksikan meminta istirahat. Sesekali saya lihat wajah Jerry yang sepertinya terganggu. Jerry ingin lekas bergegas, saya sebentar-bentar minta istirahat. “Maaf ya Jerr …” ujar saya setiap kali meminta jeda istirahat. “Aman kak..” ucap Jerry meski saya tahu itu hanya ia ucapkan pada saya.  Karena ada saatnya  Jerry berucap “Arghh, Payah!!” bila Lucky atau Reza yang minta istirahat, hahaha!.


meski nafas ngosNgosan, Lucky tetap pose!!.

mengabadikan kebersamaan dalam perjalanan.

beberapa jenis Kontur jalan Menanjak yang tergolong terjal.

Bila Jerry selalu berada dibarisan depan seolah bertindak sebagai pemimpin regu, Lucky kadang ditangah, kadang ada dibelakang. Tapi Lucky paling juara untuk buat suasana terasa bahagia. Kadang kami tak sadar sudah melangkah jauh hanya  karena kelakar Lucky yang menghidupkan suasana. Meski begitu, Lucky juga sosok yang kadang memancing perdebatan dalam obrolan bersama Reza. Meski kami tahu perdebatan itu adalah cara Lucky berkelakar dengan cara yang lebih dewasa. Untungnya, Reza tak pernah ambil pusing dengan becandaan Lucky. Sebagai orang yang tergolong sering bersama saya, karena Reza selalu bantu record pekerjaan manggung saya, maka Reza sudah hafal betul watak Lucky maupun rekan-rekan IMPRO lainnya.

Diantara kami, Azizil jadi personal yang tergolong sedikit berucap. Selain Azizil anggota baru dalam IMPRO, Trekking ini adalah Trip perdana yang ia lakoni bersama saya dan kawan-kawan. Saya memang kerap mengajak beberapa anggota IMPRO melakoni perjalanan. Bahkan tak jarang saya mengemas pekerjaan dalam posisi tugas trip ke beberapa kabupaten/kota di provinsi Lampung. Karena bagi saya sifat asli seseorang itu akan terlihat ketika ia melakoni perjalanan dalam kelompok. Kemampuan seseorang beradaptasi pada lingkungan dan karakter baru akan sangat teruji saat traveling. Terlebih Traveling tersebut jauh dari kata mewah. Maka, naik gunung kali ini tentu dapat menjadi penguji sejauh mana tangguhnya personal seseorang termasuk kemampuan membawa diri dan menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan yang jauh dari kata ‘mewah’.

 

Kontur Pendakian dari POS 2 ke POS 3


SENSASI MALAM MINGGU DI HUTAN GELAP.

 

Ratusan langkah telah terlaksana sejak dimulai dari desa Sumur Kumbang. Menuju Pos 1 adalah ujian awal yang ternyata memberi ujian lanjutan menuju  POS 2.  Saya  sempat jumpa beberapa rekan dalam perjalanan trekking termasuk bertemu Shaqila – Miss Indonesia Lampung 2022 di POS 1.  Pertemuan demi pertemuan tersebut seolah menjadi suntikan semangat untuk bergegas sampai puncak.

Beruntung cuaca cerah. Semburat  matahari terbenam begitu indah. Terlihat dari puncak,  bagian bawah yang menjadi begitu indah terhampar mewah berlapis warna orange yang memanjakan mata. Saya sempat haru melihat hamparan dataran rendah dari puncak seolah penanda langkah  telah membawa jauh ke bagian lebih tinggi dari dataran yang dihuni warga. Samakin menyemangati diri untuk terus menguatkan langkah kaki.

 

Cuaca cerah beranjak berubah. Matahari perlahan terbenam. Menyisakan cahaya seadanya. Kami pun terus menguatkan langkah menuju POS 2 yang ternyata memiliki kontur yang lebih terjal. Tak ada lagi bentangan kebun warga seperti pada POS 1. Menuju POS 2. Segalanya berwujud hutan tropis.  Tanah lembab bebatuan, berhias akar pohon dan beberapa patahan kayu yang menghadang jalan.  Kami pun berhati-hati karena cuaca semakin gelap. Hembusan angin mulai menusuk. Datang dengan kencang dan begitu dingin hingga ke tulang. Sesekali saya membuka mulut untuk menghirup angin yang datang dengan aroma hutan tropis nan khas. Semacam cara saya menghibur diri dengan tarikan nafas lega dengan hembusan angin nan sejuk. Jelang malam, cuaca semakin pekat. Seketika butiran air berjatuhan mengenai tubuh. Bukan air hujan, tapi percikan angin yang begitu kencang.  Uniknya, tak satu pun dari kami yang terfikir untuk membawa  alat penerangan. Maka hanya cahaya dari ponsel yang dapat diandalkan. Sesekali diantara kami bergantian menyalakan senter ponsel karena kami menghemat daya ponsel supaya bisa digunakan untuk mengabadikan momen ketika sampai puncak.  Dalam kegelapan, sesekali kami mengatur jeda. Menarik nafas untuk melanjutkan langkah di kontur jalan yang makin menantang. Jalur pendakian lembab. Patahan kayu besar melintang menghalangi langkah. Beberapa rambu jalan tak lagi terlihat. Di beberapa titik, Jerry sempat berhenti melihat google map untuk memastikan arah langkah kami tak salah. Kondisi hutan semakin gelap.  Kontur jalan bersebelahan dengan jurang dan pepohonan rimbun menutupi bentuk langit. Tak ada cahaya sedikitpun selain senter ponsel.  Angin menyapa semakin kencang.  Pepohonan bergetar rapat seolah tengah mencipta irama orkestra yang menggema. “Sampai POS 2 kita bangun tenda.” usul Jerry. Kami pun mengagguk. Saya sendiri tak lagi peduli soal jarak. Tak penting bagi saya seberapa lama lagi sampai puncak. Yang ada dalam fikiran saya adalah keselamatan saya dan rekan-rekan adalah hal utama. Bertemu malam dalam perjalanan di tengah hutan benar-benar tak ada dalam persiapan saya dan rekan-rekan.


 

Dengan usaha dan kesungguhan jiwa kami akhirnya tiba di POS 2.  Pukul 19.15 saat itu. Telah berdiri 1 tenda yang ternyata di huni 2 gadis remaja.

“Berani banget cewek-cewek ini!” bisik saya kearah Reza begitu tahu isi tenda tersebut.

 “Kita juga berani, malam minggu di tengah hutan gelap begini..” sahut Reza yang buat saya tertawa.  Yes!!, kami bermalam minggu di tengah hutan dalam perjalanan menuju puncak gunung Rajabasa.

“Pernah Kebayang gak Kak, kalau suatu hari bakal malam mingguan di tengah hutan gelap begini?” tanya  Lucky memecah keheningan suasana. Serentak kami terbahak. Menertawai kelakuan nekat kami.

Malam itu, dalam gelap, Jerry, Lucky dan Azizil bersama-sama mendirikan tenda. Saya yang tak paham soal mendirikan tenda memilih mengajak Reza menjirang air, menyiapkan makanan yang kami bawa sejak siang.  Tenda dan segala perlengkapan yang kami sewa dari RangRang Outdoor secara mendadak pun sangat membantu. Setidaknya kami dapat menikmati kebersamaan dengan memanaskan air, menyeduh kopi dari Binjay Coffee – brand Kopi milik keluarga Jerry. Cuaca dingin menjadi hangat dengan obrolan beragam tema. Makin malam tema obrolan semakin dalam. Tema-tema yang rasanya tak akan tersampaikan bila di kedai kopi.

Usai makan malam seadanya. Beralas kertas makan yang dibentang di tanah. Suasana hutan berhias suara binatang malam yang bersautan macam musik pengiring yang syahdu. Inginnya menikmati sepanjang malam dengan obrolan, tetapi kami sadar bahwa trekking menuju puncak adalah tujuan utama. Maka kami semua memutuskan masuk ke tenda yang telah didirikan secara bersama-sama oleh Jerry, Lucky dan Azizil.  Satu tenda buat Jerry dan Lucky, tenda satunya di isi oleh Saya, Reza dan Azizil.  Meski kontur tanah tak rata cukuplah menjadi sarana merebahkan badan, istirahat sejenak dari usaha ribuan langkah sembari meninggikan doa untuk kekuatan dan kesehatan di esok hari.

 

Foto saya saat Pagi dan Foto malam mendirikan Tenda yang kami Sewa di RangRang Outdoor

Kondisi Syahdu dalam perjalanan dari POS 3 hingga ke POS 5


MAKNA BAHAGIA TIBA DI PUNCAK

 

Suara anjing hutan membangunkan tidur. Tapi jauh lebih menakutkan alarm suara Mimi Peri dari ponsel Reza yang telah bersahutan sejak pukul 5 pagi.  Jadilah awal hari yang penuh kelakar.  Meski badan masih ingin rebahan tapi fikiran ingat akan tujuan utama berdiri di pincak gunung Rajabasa. Maka bergegaslah kami mengemas barang bawaan seperlunya untuk modal ke puncak. Sementara beberapa barang kotor dan perlengkapan lain kami taruh dalam tenda di POS 2. Sebagai informasi yang kami dapat dari para pendaki yang kami temui di rute perjalanan bahwa jarak dari POS 2 ke POS 3 lalu POS 4 hingga  POS 5 tergolong berdekatan dan tidak seterjal rute awal POS 1 ke POS 2. Meski untuk menyelesaikan usaha dari POS2 ke Puncak masih membutuhkan waktu lebih kurang 2,5 jam lagi.   Kontur jalan yang kami lalui pun terus menanjak.  Akar pepohonan berhias disepanjang perjalanan. Menariknya gagahnya pepohonan dengan ranting menjalar menjadi dramatis dengan kabut yang mendekap seluruh kawasan hutan.  Macam berada di negeri dongeng.  Mengagumkan.

Lebih mengagumkan lagi prediksi para pendaki benar. Jarak dari POS 2 ke POS 3 tidak terlampau jauh meski kontur tanah terus menanjak. Begitupun Jarak dari POS 3 ke POS 4 yang semakin menarik karena jenis pepohonannya tegak lurus seperti prajurit istana yang sedang berbaris rapih. Lanjut menuju POS 5, kami mendapati Jenis Kera Putih berukuran besar yang sedang bersantai di bawah pohon dekat rute jalan yang kami lalui. Perlahan saya abadikan melalui ponsel. Untung tergolong jinak dan tidak menyerang.  Dari POS 5 menuju Puncak mata semakin dibuat kagum dengan hamparan indah yang tersaji jelas dari ketinggian. Lanskap laut dan pantai berpadu indah dengan luasnya tanah, pepohonan dan bangunan warga. …”Arrggghhhh!!! Bentar Lagi Puncak!!!”... Teriak saya yang di sambut dengan lolongan suara anjing yang ternyata mengikuti langkah kami sedari POS 2.

Jenis Monyet yang kami jumpai dalam perjalanan dan Anjing yang menemani perjalanan kami dari POS 2 ke Puncak hingga kembali lagi ke bawah bersama kami.

Melantai menikmati hamparan indah dari Puncak. Anjing pun turut duduk dekat kami.

Menikmati Puncak, Menikmati Usaha.

Apresiasi untuk Diri Sendiri. 

Dari posisi kami berdiri bumi terlihat utuh. Pesona puncak yang memanjakan mata.  Indahnya tak terbantah. Tak berlebih kiranya bila saya menangis haru sekaligus bangga.

Bangga akan usaha diri sendiri yang berhasil mengalahkan keraguan dan segala cerita ketidakmungkinan. Di usia saat ini saya  masih bisa melangkah menuju ketinggian 1281 mdpl. Hanya bermodal semangat, percaya pada kemampuan diri sendiri dan tentu di izinkan sang Penciptalah semua ini terwujud.  Sebuah pencapaian diri yang patut saya apresiasi.  Terkhusus restu istri dan keluhan radang sendi di badan ini yang ternyata bersahabat selama pendakian. Terima Kasih Badan ku!!!. Menciptakan sugesti positif itu benar-benar berdampak.

Buat saya, Kebahagiaan utama dari pendakian itu bukanlah tiba di puncak gunung  semata,  tetapi justru menikmati proses yang berlangsung selama pendakian. Bukan perihal menaklukkan puncak, tetapi lebih pada menakluk ego diri sendiri.

Apakah saya tertarik untuk mendaki gunung kembali dilain waktu?. YESS!!!.


Scroll To Top