Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Minggu, 31 Juli 2016

KISAH PERJALANAN WISATA 4 HARI ; DARI WAY KANAN HINGGA KILUAN

Salah Satu Rumah Panggung yang ada dalam Desa Wisata Gedung Batin - Way Kanan


Berawal dari ajakan Oom Yopie – Admin Akun @KelilingLampung_  dalam pertemuan disela tugas saya memandu acara di kampus ITERA-lah yang membuat saya akhirnya ikutserta dalam perjalanan wisata ke kabupaten Way Kanan dan Teluk Kiluan – Tanggamus – Lampung.  Ajakan berwisata tentu selalu menggiurkan. Rugi jika di tolak. Terlebih bersama sosok yang menyenangkan.  Tergambarlah suasana perjalanan seru meski  perjalanannya sendiri belum dimulai.

Sarapan pagi sekaligus moment perkenalan personal - Group menuju Way Kanan


Selepas waktu subuh. Oom Yopie menghampiri saya setelah 4 personil lainnya dijemput di hotel. Mereka adalah Mba Katerin – yang sudah saya kenal sebelumnya dalam beberapa perjalanan. Lalu ada mba Rosana dari Balikpapan – Kalimantan, Mba Rian dari Yogyakarta, dan Mba Dian dari Batam. Keempat wanita tersebut telah tiba di Lampung dan sempat bermalam sebelum akhirnya hari ini akan menjelajak ke Way Kanan bersama Oom Yopie dan saya.
Sebagai Informasi – melakukan perjalanan bersama Ibu Ibu itu menyenangkan bagi saya. Karena saya merasa jadi anak lelaki yang akan dilindungi oleh sosok ibu – ibu hahahha. Kecuali mba Rian yang belum jadi Ibu Ibu – alias single berlabel.!!.

Kondisi jalan menuju Way Kanan yang relatif baik dengan lalu lintas lancar.


Jadilah pagi itu kami semua men-tasbihkan diri sebagai group yang akan melancong ke kabupaten Way Kanan – salah satu kabupaten di provinsi Lampung yang letaknya bersebalahan langsung dengan kawasan Sumatera Selatan. Mengingat waktu tempuh yang cukup jauh, kami memutuskan untuk sarapan pagi terlebih dahulu di warung nasi uduk depan bandara Radin Inten II.  Ritual sarapan berlangsung lancar lengkap dengan photo makanan –  yang seolah telah jadi hal wajib bagi pejalan. Lumayan nambahin photo dalam bertutur di blog kelak, hehehehehe.

Iconic Tower di Blambangan Umpu - Way Kanan.


Setelah sarapan, kami bersiap melanjutkan perjalanan. Jarak Bandar Lampung – Way Kanan yang lebih kurang 167,7 km tersebut tidaklah terlewat begitu saja. Tidaklah mungkin seorang pejalan apalagi ber-label travel blogger hanya berdiam diri selama perjalanan. Pembicaraan akrab dan seru mewarnai perjalanan. Topik obrolan hangat diselingi canda tawa pelepas penat tentu jadi keseruan tersendiri dalam perjalanan.


MENIKMATI WISATA WAY KANAN

Sekolah yang pernah saya rasakan ketika kecil dulu di Baradatu


Pukul 10.30 WIB kami tiba di Way Kanan.  Melihat keramaian Baradatu – salah satu kecamatan di Way Kanan seolah membangkitkan kenangan masa kecil saya.
Saya pernah mengenyam pendidikan selama kelas 4 di Sekolah Dasar Negeri Tiuh Balak Pasar – Baradatu, sebelum akhirnya berpindah pindah sekolah kala itu. Saya sempat meminta pada Oom Yopie – sang pengendali kemudi untuk berhenti sejenak di sekolah SD yang menjadi bagian sejarah hidup saya tersebut untuk sekedar mengabadikan beberapa sudut sekolah. Dejavu pun melanda.

Makan Siang lezat di Way Kanan. Sambalnya Nendang.!!


Ketika masuk kawasan Blambangan Umpu – Ibukota kabupaten Way Kanan, Oom Yopie mengajak kami bertemu rekannya yang kemudian membawa kami menikmati makan siang yang sungguh lezat dicecap. Seusai makan siang, kami pun sempat beristirahat sejenak di rumah rekan Oom Yopie – yang memiliki akun facebook Rinto Macho.
Sebenarnya, Oom Yopie dan bahkan kami semua memiliki agenda untuk dapat beraudiensi dengan Bupati Way Kanan berkenaan dengan misi kami mendatangi spot wisata menarik di Way Kanan. Meski  rencana audiensi harus dibatalkan karena jadwal Bupati yang sedang padat hari itu.

Ketika Stasiun Kereta Api jadi spot menarik untuk di kunjungi --- photo narsis jangan lupa.!!


Perjalanan dilanjutkan menuju Desa Wisata Gedung Batin yang letaknya berada dalam kecamatan Baradatu setelah beberapa menit  kami diajak “Blambangan Umpu City Tour “  mengabadikan spot photo menarik.  Memasuki kawasan Desa Gedung Batin, saya seolah melihat peradaban asli suku Lampung masa lampau dengan tata kehidupan dan cara fikir masyarakat yang sudah cukup modern.

….Pengalaman saya berada di Desa Wisata di Gedung Batin akan saya tulis tersendiri. Karena kesan saya yang begitu dalam terhadap Desa Wisata ini. Termasuk sensasi bermalam di rumah panggung berusia tua yang ingin rasanya diulang lagi jika suatu hari kelak kembali ke Way Kanan.


Suasana Sore di 2 rumah yang usianya lebih dari 300 tahun yang ada dalam kawasan Desa Wisata Gedung Batin


Setelah menikmati bermalam di Desa Wisata Gedung Batin,  kami bergegas menuju salah satu objek wisata ternama di kabupaten Way Kanan yang akhir akhir ini tengah mahsyur dikalangan pecinta wisata, yakni Air Terjun Putri Malu.  Sudah tak asing lagi bahwa Way Kanan adalah kabupaten dengan sebutan 1000 Air Terjun. Bahkan ada sebuah air terjun yang suasananya mirip dengan air terjun ternama kelas dunia ; Niagara – tetapi dalam versi Way Kanan.

Bersama 3 ibu ibu muda kece bingit dan 1 single berlebel paling depan

Perjalanan ke Air Terjun Putri Malu harus kami tempuh lebih kurang 1 jam dari pusat keramaian Baradatu kearah Banjit. Tidak terlampau sulit menuju kawasan Air Terjun Putri Malu meski harus juga dengan perjuangan yang tidak mudah. Tapi bukankah yang sukar itu selalu berbuah keindahan. Karena sesuatu yang indah itu justru muncul diakhir dari perjuangan kan?.

… Kisah kunjungan saya dan rombongan menuju Air Terjun Putri Malu akan saya tulis terpisah. Mengingat banyak hal hal menarik yang harus di jabarkan secara khusus.

Hidangan Lezat, Suasana memikat - persembahan Selebriti Cafe - Bandar Lampung.


JELAJAH  KEINDAHAN TELUK KILUAN

Seusai  menikmati Air Terjun Putri Malu, saya dan rombongan bergegas kembali ke Bandar Lampung. Perjalanan pulangpun lancar, sebelum akhirnya sajian lezat di Selebriti Café menjadi sajian makan malam sekaligus menjadi penghilang lelah setelah menempuh 5 jam perjalanan dari kabupaten Way Kanan  ke Ibukota provinsi Lampung – Bandar Lampung. Saya memutuskan untuk kembali ke rumah dulu mengingat berganti perlengkapan jelang jelajah Teluk Kiluan.

Group semakin ramai - bersiap menuju Teluk Kiluan


Seolah tak ada lelah untuk berwisata, Perjalanan mengandung wisata bagai menjadi  hasrat dan kegembiraan tersendiri.
Benar saja. keesokan paginya saya beserta rombongan yang sebelumnya ke Way Kanan menjemput rekan rekan trip ke Teluk Kiluan di Bandara. Sebelum akhirnya kami yang telah berjumlah 17 orang dengan 3 mobil melajukan semangat menuju Teluk Kiluan. Suasana kebersamaan seketika tercipta.
Sebelum menuju Teluk Kiluan aktivitas diawali dengan kunjungan ke Taman Kupu Kupu Gita Persada dan makan siang bersama di Pindang IKA sebelum akhirnya jelajah Gigi Hiu – Kelumbayan  dan dilanjutkan dengan bermalam di cottage dalam area Teluk Kiluan.

bersama mereka - sosok yang baru saya kenal tetapi selalu menghadirkan kebahagiaan.


Dua hari bersama sosok sosok pejalan sejati sungguh merupakan kebahagiaan tersendiri bagi saya. Yang paling utama, saya mendapat kenalan baru, pribadi pribadi menarik dengan beragam latar belakang profesi yang mereka geluti hingga saya mendapat inspirasi akan ketekunan dan ketangguhan mereka sebagai jiwa pejalan wisata  dan penulis blog yang aktif.  Meski tidak semua dari 17 orang yang terlibat – yang terdiri dari ragam usia tersebut saya kenal akrab, mengingat waktu pertemuan yang cukup singkat ditambah ada beberapa pribadi yang cenderung diam dan tertutup sehingga sulit untuk cepat melebur dalam group selain ada yang sedang  jaga image. Oops.!.

Selalu ada keindahan dibalik upaya terjal. -  menuju Gigi Hiu.


Bagi saya, apapun bentuk dari Traveling itu adalah sebuah perayaan.
Perayaan diri sendiri dari waktu luang yang memang harus dinikmati. Menikmati waktu dan lingkungan yang dijajaki dalam perjalanan. Menikmati menjadi diri sendiri yang belum tentu dapat terjadi dalam aktivitas rutin atau kala bertugas jadi pekerja. Menikmati kondisi yang didapati, apapun kondisinya.  Termasuk soal signal  yang tak leluasa dijangkau hingga berdampak pada terhambat mem-posting photo di media sosial.
Selain itu, Traveling – dalam perspektif saya adalah pembelajaran. Karena setiap perjalanan harus memiliki nilai yang dapat menambah kematangan personal. Tidaklah  indah sebuah nilai perjalanan jika sebagian besar waktu hanya dihabiskan bersama gedged tanpa ada interaksi dengan rekan pejalan lainnya yang tergabung dalam team trip. Karena pembelajaran hanya diperoleh dari bentuk interaksi. Dan interaski yang laping mudah adalah dengan setiap macam pribadi. Karena sesungguhnya, setiap pribadi itu unik dan memiliki keunggulan. Tentu seorang pejalan sejati  mampu  menghargai kondisi dan rekan pejalan lainnya dalam group kecuali jika jalan sendiri.


Mari berwisata. Nikmati hidup dengan mendatangi langsung karya Tuhan  berupa keindahan alam yang memamg harus dinikmati.

14 komentar :

  1. Wohaaàa cepetnyo postingan ini. Makasih ya Om Indra. Seru kemarin. See you next time!

    Btw, aku termasuk salah satu yang pendiam. Hahaha :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. yeeeyy...blogger kece comment di Blog aku...yess tentu kita akan bertemu lagi....keep in touch yaaahhhhh

      Hapus
  2. 4 hari yang luar biasa!

    Beruntung sekali saya melihat pesona Lampung bersama sosok riang penuh canda seperti mas Indra. Perjalanan seru yg butuh tenaga ekstra seperti ke Gigi Hiu dan Arter Puteri Malu jadi terasa
    ringan dan mudah.

    Thanks mas Indra sudah menuliskan cerita kita. Saya terharu lho bacanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya sungguh beruntung kenal dengan mba Khaterin dan semua rekan rekan yang saya temui di 4 hari tersebut ...aaahhhh kayaknya susah move on dengan kisah kisah 'gila' yang terjadi antara kita selama 4 hari...

      Hapus
  3. Huaaaa.. ceritanya udah tayang! Baca tulisan ini jadi senyum-senyum sendiri inget kejadian selama 4 hari kemaren.. apalagi yang trip Way Kanan.. hahahaha..
    Seneng bisa kenal dan jalan bareng kalian semua :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. yess.. aku bangga mengenal kalian..bertambah teman blogger ku yang sama gila nya hahahahah

      Hapus
  4. Waah itu rumah-rumah tuanya instagamable banget. Hahaha. Jadi inget rumah2 di pelosok sumsel bang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. yesss brother Yayaann.... selalu suka dengan heritage ... semoga masih terus ada...

      Hapus
  5. Wedeeww.. Asyik tulisanny om @duniaindra, bahasany tulisnny santai & yg penting informatif, jd penasrn ma tulisn ttg desa Gedung Batin :).. Cheebokk..

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehehheheh salam cheboooxxxx..

      http://www.duniaindra.com/2016/08/menikmati-kesahajaan-kampung-wisata.html

      Hapus
  6. Suka banget dengan kata2 ini: "Menikmati menjadi diri sendiri yang belum tentu dapat terjadi dalam aktivitas rutin atau kala bertugas jadi pekerja. Menikmati kondisi yang didapati, apapun kondisinya. Termasuk soal signal yang tak leluasa dijangkau hingga berdampak pada terhambat mem-posting photo di media sosial."

    BalasHapus
    Balasan
    1. yess Oom..its truee..thanks yaa Oom menyertakan aku selama 4 hari lalu.... jangan kapok yaaa oom...

      Hapus
  7. Wuah udah tayang aja. Seneng rasanya ketemu dan kenal teman-teman baru. Paling geli mengingat perjalanan kita di Way Kanan, semua hal bisa jadi bahan tertawa lepas dari heli hingga postingan. Miss u

    BalasHapus
    Balasan
    1. yesss...sampe skrg pun aku sering ketawa ketawa sendiri kalo inget trip ke way kanan yang super chebookk...CUCUK....Horny..!!, HeLi..Guk Guk GUk..!!! hahahahhahahahahahahhahah...KENTUT.!!!

      Hapus

Scroll To Top